REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Komunikasi Pengelola Rumah Singgah DKI Jakarta berharap pemerintah lebih memperhatikan anak jalanan. Bantuan yang diberikan diharapkan bukan hanya berupa materi, tetapi juga bantuan merehab anak jalanan.
Ketua Forum Komunikasi Pengelola Rumah Singgah DKI Jakarta, Endang Mintarja mengatakan sistem untuk menangani anak jalanan harus paralel. Maksudnya adalah, baik anak jalanan, orang tuanya, serta lingkungan setempat atau komunitas juga harus dibina.
"Pada kenyataannya sekitar 80 persen itu keluarga anak jalanan, sudah tidak berfungsi baik untuk tempat berlindung atau membina. Keluarga jadi hal yang sangat fundamental untuk perubahan perilaku mereka," kata Endang, saat dihubungi Republika, Senin (15/1).
Sebelumnya, pemerintah hanya memberi bantuan berupa sembako untuk keluarga anak jalanan. Hal tersebut, menurut Endang kurang tepat. Anak jalanan serta keluarganya lebih membutuhkan pembinaan.
"Pola pengasuhan anak jalanan selama ini, anak ditampar kalau tidak nyetor. Itu kan menyalahi sebetulnya," tutur Endang.
Hal yang mendorong akhirnya terjun ke jalan biasanya disebabkan tiga hal. Bisa karena memang dipaksa orang tuanya untuk kesenangan mereka sehingga anak dieksploitasi, ada pula yang dipaksa karena orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan alasan lain karena merasa nyaman berkumpul dengan teman-teman di jalanan.
Ketua Rumah Singgah Kesuma Jakarta Pusat, Maya Syafrini Eka Handewi mengatakan, tidak semua anak jalanan memiliki sifat urakan. Hal tersebut tergantung bagaimana lingkungannya membentuk mereka.
Terkait hal tersebut, Maya selalu berusaha memberikan pembinaan yang seimbang. Baik itu dari segi keagamaan, akademis, dan keterampilan. Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi pada orang tua anak jalanan.
"Perlakukan anak seperti anak kita sendiri. Pakai panggilan kasih sayang seperti, anak baik, anak pintar, cantik, ganteng, sayang. Kami menjadi orang tua mereka karena pada intinya mereka kurang kasih sayang," kata Maya, ketika di temui di rumahnya, Senin (15/1).
Pada akhirnya, Maya mengatakan anak-anak jalanan membutuhkan tempat penyaluran bakat mereka. Setelah dilakukan pelatihan pada anak jalanan, ia merasa kesulitan mencari kerjaan yang cocok untuk keterampilan anak binaannya.
"Harapannya pemerintah bisa mengadakan kerjasama misalnya dengan pihak swasta, minta tolong dititipi anak jalanan yang terampil. Atau mencarikan mitra untuk kerjasama," tambah Maya.
Saat ini, terdapat 20 rumah singgah yang menjadi binaan Dinas Sosial DKI Jakarta. Dari 20 rumah singgah tersebut, terdapat 2.205 anak jalanan yang terdaftar sebagai anak binaan.