REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyebut daerahnya tak perlu menerima beras impor. Alasannya, stok beras untuk Jawa Tengah sampai dengan saat ini masih cukup aman.
"Apalagi, beberapa daerah penghasil beras yang ada di Jawa Tengah dalam waktu dekat masih akan panen. Akhir Januari ini ada panen dan bulan Februari nanti panen raya," ungkapnya, Selasa (16/1).
Menyikapi masalah beras, kata Ganjar, sekarang Jawa Tengah sudah ada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang sudah berjalan. Dalam beberapa pekan ini beras memang akan terus dipantau.
"Sekarang beras dulu yang akan kita turunkan maka sudah ada Bulog dengan operasi pasar di beberapa titik, " ujarnya saat menanggapi persoalan ketersediaan stok beras.
Tiap hari, ujarnya, Bulog akan melaporkan di mana saja operasi pasar beras dilaksanakan, hingga sejauh mana efektivitas operasi pasar ini terkait dengan upaya untuk menekan harga di pasaran. Sebab, harga beras di pasaran sudah menyentuh angka Rp 11 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram. "Dengan operasi pasar berasseharga Rp 9.000 per kilogram diharapkan bisa menekan harga di pasaran," ujarnya.
Menanggapi persoalan hitung-hitungan cadangan beras, Ganjar menegaskan, yang terpenting kementerian (pemerintah) sekarang menghitung bareng-bareng perihal beras yang ada di gudang. "Apakah betul di gudang itu tidak ada beras. Kalau jawabannya tidak ada beras, secara politik, nanti mau impor atau tidak," ujarnya.
Maka, itu menjadi ranahnya kebijakan nasional, untuk melihat Indonesia secara keseluruhan. "Tetapi, untuk Jawa Tengah hingga sekarang saya tegaskan masih tetap aman," kata Ganjar.