REPUBLIKA.CO.ID, PARKLAND -- Terkejut akibat penembakan sekolah paling mematikan di Amerika Serikat, para siswa di seluruh negeri berkumpul merencanakan unjuk rasa dan mogok nasional. Para siswa mendukung undang-undang senjata yang lebih kuat dan menentang politikus yang mereka katakan gagal melindungi mereka.
Para siswa dari Sekolah Menengah Atas Marjory Stoneman Douglas, di mana seorang mantan siswa dituduh membunuh 17 orang dengan menggunakan senapan serbu pada Rabu, bergabung dengan orang-orang lainnya di media sosial untuk merencanakan acara tersebut, termasuk gerakan Washington.
"Saya merasa sudah waktunya untuk bergerak. Kami adalah orang-orang di sekolah ini, kami yang mengalami kejadian saat penembak masuk ke ruang kelas dan ruangan kami," ujar Lane Murdock (15/2) dari Connecticut.
Seorang petugas polisi mengatakan kepada orang tua yang menunggu di Coral Springs Drive dan Sawgrass Expressway untuk pergi ke hotel Marriott untuk bertemu dengan anak-anak mereka menyusul penembakan di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, Rabu, (14/2).
Murdock, yang tinggal sekitar 32 kilometer dari Sekolah Dasar Sandy Hook, di mana 20 anak-anak dan enam orang dewasa ditembak mati lima tahun lalu, mengumpulkan lebih dari 50 ribu tanda tangan dalam sebuah petisi dalam jaringan, Ahad (18/2), yang meminta para siswa bolos dari sekolah menengah mereka pada 20 April.
Alih-alih pergi ke kelas, dia mendesak teman-temannya melakukan unjuk rasa pada peringatan ke-19 penembakan besar-besaran di Sekolah Menengah Atas Columbine di Colorado. Para siswa dari Sekolah Menengah Atas Florida merencanakan acara "March for Our Lives" (Gerakan untuk Kehidupan Kita) di Washington pada 24 Maret, untuk meminta perhatian atas keselamatan di sekolah dan meminta anggota parlemen memberlakukan kontrol senjata.
Mereka juga berencana melakukan unjuk rasa untuk pengendalian senjata, masalah kesehatan mental dan keamanan sekolah pada Rabu di Tallahassee, ibu kota negara bagian Florida. Para siswa tersebut diperkirakan akan bertemu dengan seorang anggota parlemen yang berusaha melarang penjualan senjata untuk penyerangan seperti AR-15, yang diduga digunakan dalam penembakan di sekolah tersebut.
Tuntutan untuk adanya perubahan oleh banyak anak-anak yang dianggap masih terlalu muda untuk memilih telah memperkeruh perdebatan panjang di negara tersebut, antara pendukung untuk kontrol senjata dan kepemilikan senjata. Para siswa dari sekolah di Florida mengecam para pemimpin politik, termasuk Presiden dari Partai Republik Donald Trump karena tidak bertindak dalam masalah penembakan tersebut.
Banyak yang mengkritik Trump karena ketidakpekaannya, setelah dia mencicit di Twitter pada akhir pekan bahwa FBI mungkin terlalu terganggu dengan penyelidikan Rusia untuk mengikuti petunjuk yang bisa mencegah pembantaian tersebut. "Anda tidak bisa menyalahkan birokrasi untuk ini ketika Anda, Tuan Presiden, adalah yang bertanggung jawab secara keseluruhan," ujar David Hogg, seorang siswa senior Douglas berusia 18 tahun, dalam sebuah wawancara telepon.