REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi, pada Selasa (27/2), mendesak dan menuntut rezim Suriah untuk menghentikan serangan ke distrik Ghouta Timur. Saudi pun menyuarakan keprihatinannya atas eskalasi kekerasan baru-baru ini.
Pernyataan ini dirilis oleh Dewan Menteri Saudi yang diketuai oleh Raja Salman bin Abdulaziz. Dalam pernyataannya, seperti dikutip laman Anadolu, Saudi mengungkapkan keprihatinan mendalam atas kejadian di Ghouta Timur serta dampak serangan yang harus ditanggung masyarakat sipil di sana.
Dewan Menteri Saudi juga telah meminta rezim Suriah untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan darurat ke Ghouta Timur. Bantuan ini dinilai sangat dibutuhkan guna mencegah jatuhnya lebih banyak korban tewas.
Sejak pekan lalu, Ghouta Timur dibombardir oleh serangan udara berupa bom dan artileri. Serangan tersebut dilakukan pemerintah Suriah dan sekutunya dengan maksud membebaskan Ghouta dari kontrol kelompok pemberontak.
Namun serangan udara bertubi-tubiitu turut memakan korban sipil. Lebih dari 500 orang dilaporkan tewas sejak serangan udara mulai dilancarkan pekan lalu.
Saat ini gencatan senjata selama lima jam mulai diterapkan di Ghouta Timur. Hal ini dilakukan guna memberi ruang gerak bagi warga sipil untuk meninggalkan daerah tersebut.
Perang sipil di Suriah telah berlangsung selama tujuh tahun. Konflik ini telah menelan sedikitnya 400 ribu korban jiwa. Lebih dari 11 juta penduduknya pun telah mengungsi akibat kecamuk konflik yang tak kunjung usai.