Rabu 14 Mar 2018 18:16 WIB

Rainbow Warrior Berlayar ke Papua Dukung Hutan Adat

Tema pelayaran Rainbow tahun ini adalah

Kapal Greenpeace Rainbow Warrior.
Kapal Greenpeace Rainbow Warrior.

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Kapal legendaris Greenpeace Rainbow Warrior kembali berlayar ke Indonesia dengan menjadikan Bumi Cendrawasih sebagai pintu masuk utamanya. Tema pelayaran Rainbow tahun ini adalah "Perubahan Iklim dan Kekuatan Masyarakat" (Climate Change and People Power).

Pada tur kali ini, Greenpeace akan menampilkan cerita keberhasilan Kampung Manggroholo dan Sira di Papua mendapatkan izin hak pengelolaan Perhutanan Sosial dengan skema Hutan Desa.

“Karena hutan itu untuk rakyat, maka program yang sedang dikerjakan sejak tahun 2015 adalah Perhutanan Sosial. Inti perhutanan sosial adalah bagaimana keadilan itu diwujudkan” ucap Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Supriyanto, saat menyambut kedatangan kapal Rainbow Warrior di Manokwari Senin (12/3) lalu, seperti dalam siaran pers.

Program Perhutanan Sosial yang didorong pemerintah bertujuan untuk mengurangi konflik, ketimpangan lahan, mengurangi pengangguran, dan kemiskinan masyarakat setempat di sekitar hutan. Telah dialokasikan lahan kawasan hutan seluas 12,7 juta hektare (ha) untuk Perhutanan Sosial dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Kemitraan Kehutanan dan Hutan Adat.

Untuk menyelamatkan hutan dan lingkungan, menurut Bambang, dibutuhkan sebuah gerakan publik. Banyak kemajuan yang telah dicapai Indonesia dengan adanya gerakan publik, misalnya menurunnya laju deforestasi, tidak ada asap lintas negara dan Ratifikasi Paris Agreement dan Ratifikasi Konvensi Minamata.

Dijelaskan Bambang, sejak 2015 – 2017 laju deforestasi menurun dari 1,7 juta ha per tahun menjadi 435 ribu ha per tahun. Begitu juga asap lintas negara, pada tahun 2017 sudah tidak ada lagi. Jika di tahun 2015 terdapat asap lintas batas 21 hari, tahun 2016 empat hari, dan tahun 2017 nol hari.

“Itu sudah merupakan prestasi yang sangat baik dalam konteks gerakan publik. Diharapkan melalui gerakan publik Rainbow, prestasi tersebut akan dipertahankan. Sehingga hutan lestari dan masyarakat sejahtera,” kata Bambang.

Kapal Rainbow Warrior mulai merapat di Manokwari, Papua pada tanggal 11 Maret 2018, kemudian ke Raja Ampat hingga 18 Maret, dan selanjutnya berlayar ke Bali hingga tanggal 16 April. Setelah itu kapal akan berlayar ke Jakarta, dan singgah di Karimun Jawa dan Semarang pada tanggal 9 Mei, untuk kemudian melanjutkan pelayaran ke Songkhla, Thailand.

“Selamat datang Rainbow Warrior (laskar pelangi) dan selamat berjuang,” ucap Bambang. Penyambutan merapatnya kapal Rainbow Warrior di Darmaga Pelabuhan Manokwari, hadir juga Wakil Gubernur Papua Barat, Sekretaris Daerah Provinsi Papau Barat, Forkompinda Papua Barat, Kepala Unit Pelaksana Teknis KLHK di Papua Barat, dan wakil Instansi terkait.

Setelah selesai penyambutan dilakukan peninjauan Kapal yang merupakan kapal yang ramah lingkungan, antara lain karena 70 persen energi dalam pelayaran Rainnow Warior memanfaatkan energi angin atau menggunakan layar, dan dilengkapi dengan pengelolaan sampah internal. Acara dilanjutkan dengan seminar bertemakan “Perhutanan Sosial, Pengakuan Wilayah Adat dan Komitmen Investasi di Tanah Papua”, dengan narasumber utama Direktur Jenderal PSKL yang menyampaikan paparan tentang proses dan perkembangan penetapan hutan adat di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement