REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila dibandingkan dengan kota-kota besar Islam lainnya, seperti Damaskus dan Bukhara yang selama ini kondang karena taman-taman yang mengelilinginya, Sana pun sama sekali tak kalah. Dalam catatan Mackintosh, di Sana terdapat setidaknya 43 taman yang bila dijumlah luasnya mencapai 7,3 hektare atau 13 persen dari luas kota ini.
Sebagian besar taman-taman itu diberi nama-nama kuno. Sebut saja, misalnya, Taman Miqshamah. Sebagian besar taman ini melekat di dinding Masjid Agung Miqshamah. Untuk menyiram taman ini, tersedia beberapa sumur air bersih. Melalui bantuan katrol, air dari sumur ini ditimba lalu ditampung dalam ember-ember yang kemudian dimanfaatkan untuk menyiram taman dan memenuhi kebutuhan air bersih penduduk.
Selain air sumur, taman itu juga disiram dengan air bekas wudhu para jamaah Masjid Miqshamah. Jadi, air bekas wudhu itu langsung dialirkan ke taman. Begitu pula dengan air hujan tak dibiarkan terbuang, tapi ditadah untuk mengairi taman.
Mengingat pentingnya keberadaan taman itu bagi masyarakat dan lingkungan, para pengurus masjid berupaya agar air tidak pernah berhenti mengalir ke taman. Tokoh agama, imam, muazin, dan warga kota ini turun tangan langsung membuat bak-bak penampungan air lalu mengalirkannya ke taman. Praktik ini telah dilakukan selama berabad-abad, dari masa ke masa.
Banyak orang bertanya, sejak kapan taman-taman indah di Sana ini dibuat? Mackintosh pun mencoba mencari tahu tentang hal ini. Ia bertanya kepada warga dan para penjaga taman. Rupanya, mereka juga tidak tahu sejarah taman-taman itu. Bahkan, para sejarawan Yaman pun terkesan abai akan keberadaan taman-taman tersebut.
Sebuah tulisan yang dibuat Qadi Muhammad al-Hajari pada 1942 mungkin bisa menjadi rujukan. Dalam tulisan itu al-Hajari menyebut, pada masa lalu Sana adalah wilayah yang sangat miskin air bersih, bahkan untuk sekadar berwudhu. Pada 1526-1527, tulis al- Hajari, Sana'a di bawah pemerintahan Imam al-Mutawakkil 'alallah Sharaf al-Din Yahya pernah diserang wabah penyakit.
Sejak itulah, penguasa dan rakyat setempat menyadari akan pentingnya membuat kebun dan taman untuk menanam berbagai macam tumbuhan yang dapat dijadikan obat-obatan. Mulanya, taman dan kebun banyak dibuat di sekitar masjid. Hal ini karena masjid mempunyai sumber air yang dapat digunakan pula menghidupi tetumbuhan di taman.