REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebanyak 45 perhimpunan perdagangan Amerika Serikat, yang mewakili beberapa perusahaan besar, mendesak Presiden Donald Trump tidak mengenakan tarif atau pajak pada Cina. Mereka menilai pajak akan sangat membahayakan perekonomian dan konsumen di dalam negeri.
Melalui surat kepada Trump pada Ahad (18/3), perhimpunan tersebut mengatakan bahwa tarif potensial di Cina akan menaikkan harga barang konsumsi, menghilangkan lapangan pekerjaan, dan menurunkan pasar keuangan. Surat tersebut menandai perkembangan terkini hubungan Trump dengan dunia usaha mengenai kebijakan perdagangan. Trump mengambil langkah agresif yang dinilai perlu melindungi industri dalam negeri.
"Kami mendesak pemerintah tidak mengenakan tarif dan bekerja sama dengan masyarakat usaha untuk menemukan jalan terbaik dan terukur bagi kebijakan dan pelaksanaan perdagangan proteksionis Cina guna melindungi pekerjaan dan daya saing Amerika Serikat," kata kelompok tersebut.
"Pemberlakuan tarif akan sangat berbahaya," kata mereka melalui surat tersebut.
Kelompok tersebut meminta Trump untuk bekerja dengan sekutu dagang guna mendorong perubahan pada kebijakan Cina. Kelompok bisnis mengatakan mereka memiliki kekhawatiran serius tentang pendekatan Cina terhadap perdagangan. Sedangkan tarif sepihak oleh AS hanya akan memisahkan negara dari sekutu, dan mendorong mereka untuk menggantikan kehadiran bisnis AS di Cina saat Beijing melakukan pembalasan.
Perhimpunan perdagangan itu yang secara terbuka menolak kebijakan Trump antara lain Kamar Dagang AS, Federasi Ritel Nasional, dan Dewan Industri Teknologi Informasi. Pemerintahan Trump disebut tengah menyiapkan tarif terhad ap produk teknologi informasi Cina, telekomunikasi, dan produk konsumen dalam upaya untuk memaksa perubahan dalam praktik kekayaan intelektual dan investasi Beijing. Presiden Trump baru-baru ini juga mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif impor baja dan aluminium tertentu, meski mendapat tentangan dari beberapa sektor bisnis.