REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengharapkan penggunaan sistem pemasaran berbasis online, yakni Indonesian Timber Exchange (ITE) E-Commerce bisa mendongkrak ekspor kayu olahan. Aplikasi ITE E-Commerce merupakan terobosan yang digagas Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) bersama mitra kerjanya dari Australia, PNORS Technology Group, dan bekerjasama dengan asosiasi lingkup kehutanan lainnya.
"Keberhasilan Indonesia dalam perjanjian sukarela FLEGT VPA dengan Uni Eropa harus menjadi momentum memperluas pasar ekspor produk kayu," kata Staf Ahli Menteri KLHK Hudoyo, Senin (19/3), saat ekspor perdana kayu olahan melalui aplikasi ITE E-Commerce oleh CV Indo Jati Utama dengan negara Tujuan Amerika Serikat.
Ia menjelaskan salah satu kunci untuk meningkatkan ekspor produk perkayuan adalah inovasi dan adaptasi dengan perkembangan teknologi terkini, termasuk memanfaatkan teknologi informasi dalam perdagangan produk kayu.
"Dengan aplikasi ini, diharapkan peningkatan kinerja sektor kehutanan dari hulu sampai ke hilir, terutama yang terkait dalam perluasan akses pasar produk kayu baik domestik maupun internasional," katanya.
Terpilihnya AS menjadi tujuan ekspor perdana dengan menggunakan sistem ITE tersebut patut disambut hangat. AS saat ini menempati posisi penting dengan masuk dalam lima besar tujuan ekspor produk perkayuan Indonesia.
Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo mengatakan APHI merupakan bagian dari mata rantai penting di sektor kehutanan, sebab pasokan bahan baku kayu ke industri kehutanan sebagian besar berasal dari anggota APHI yang saat ini berjumlah 424 perusahaan.
Untuk menyinergikan Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SI-PHPL) yang dikembangkan KLHK dengan pemasaran hasil hutan oleh pelaku usaha sektor kehutanan, APHI bekerja sama dengan PNORS Technology Group saat ini mengembangkan pilot ITE E-Commerce.
"Tujuan dari program ITE yang tersinergi dengan SI-PHPL adalah untuk memfasilitasi perdagangan produk hasil hutan Indonesia secara on line antara produsen dan pembeli (business to business) secara langsung, sehingga diperoleh margin yang lebih baik," katanya.
Pilot ITE E-commerce tersebut telah mulai diuji coba dengan melibatkan tiga pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Alam (IUPHHK-HA), satu pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) dan satu pembeli dari luar negeri.
"Ekspor perdana kayu olahan yang diproduksi CV Indo Jati Utama ke AS melalui pelaksanaan sistem ITE yang berbasiskan pada V-Legal/Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Indonesia (SVLK) itu diharapkan mendorong perluasan atau pengembangan jaringan pasar dari pelaku usaha skala kecil menengah, baik ke pasar domestik maupun internasional," katanya.
Sementara itu, Direktur CV Indo Jati Utama Gunawan Budikentjana menjelaskan, ekspor ke Amerika menggunakan e-commerce merupakan yang pertama kali sejak perusahaan itu berdiri.
Diakuinya, pasar Amerika selama ini dikenal susah ditembus, sebab mereka tidak mudah percaya dengan kualitas barang yang diekspor dari negara-negara lain, tetapi dengan sistem online pasar kayu olahan Indonesia bisa diterima.
"Pasar Amerika ini kan susah ditembus. Dengan e-commerce ternyata waktunya satu minggu. Yang masuk 'e-commerce' ini kan difilter. Mereka datang berkenalan, survei pabrik minta contoh, selama 10 hari order masuk," katanya.