Selasa 20 Mar 2018 19:42 WIB

Perpadi Menilai Beras Impor Perlu Masuk ke Pasar

Kenyataan di lapangan belum ada kestabilan harga beras.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Andi Nur Aminah
Aktivitas bongkar muat beras impor (ilustrasi)
Foto: Budi Candra Setya/Antara
Aktivitas bongkar muat beras impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Beras (Perpadi) Burhanuddin menilai beras impor memang perlu dilepas ke pasar. Hal itu menyusul pemerintah meminta Bulog untuk mengeluarkan beras impor ke pasar hingga Bulan Ramadhan tahun ini.

Burhanuddin mengatakan kenyataan di lapangan belum ada kestabilan harga. "Kita tahu harga gabah dan beras masih tinggi kendatipun sudah banyak yang panen. Kondisi ini menunjukkan beras di pasar masih kurang," kata Burhanuddin kepada Republika.co.id, Selasa (20/3).

Dia menjelaskan, kebijakan pembelian beras oleh Bulog dengan fleksibilitas 20 persen mendorong harga gabah dan beras bertahan pada level harga yang tinggi. Bahkan, dia mengatakan, sebelum ada kebijakan tersebut sudah sedikit turun namun kembali naik setelah kebijakan aturan fleksibilitas muncul.

Untuk itu, Burhanuddin menegaskan saat ini sangat dibutuhkan sekali operasi pasar. "Perlu ada penambahan beras di pasar dari beras impor. Beras Bulog yang bersumber dari pengadaan dalam negeri kualitasnya kurang bagus sehingga tidak tidak efektif untuk dipergunakan dalam operasi pasar," ungkap Burhanuddin.

Burhanuddin mengakui pasokan beras selama ini memang menurun sejak beberapa bulan lalu saat harga beras naik. Meski saat itu masih banyak keuntungan karena ada panen di Sulawesi Selatan yang bisa mengisi pasar.

Sementara saat ini, menurut Burhanuddin, pasokan utama yang bisa diandalkan mengisi pasar bisa dari Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Lampung, Aceh, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Barat. "Jakarta atau Pasar Induk juga berperan dalam mengisi pasar tetapi Pasar Induk sendiri juga sangat tergantung dari daerah produsen Jawa dan Sulawesi Selatan," jelas Burhanuddin. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement