REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in telah melakukan diskusi "serius dan jujur" mengenai denuklirisasi di Semenanjung Korea. Selain itu, keduanta juga membahas soal perdamaian permanen dalam pertemuan puncak pertama mereka pada Jumat (27/4).
"Kedua belah pihak sedang menulis pernyataan bersama dan mereka akan mengumumkannya bersama ketika selesai," kata pejabat Yoon Young-cha dalam sebuah pengarahan.
Yoon mengatakan istri Kim Jong Un, Ri Sol Ju, juga akan bergabung dengan Moon dan Kim untuk makan malam.
Sebelum melakukan pembahasan tersebut, kedua pemimpin bertemu di garis demarkasi Desa Panmunjom. Kehangatan tampak jelas pada wajah kedua pria itu, menjadikan momen yang sangat kontras dengan ketegangan antara kedua negara tahun lalu di tengah uji coba senjata Korea Utara.
Namun, sejak Januari, ikatan telah mencair, termasuk membuat tim olahraga Olimpiade mereka berbaris bersama di bawah bendera umum pada pertandingan musim dingin Februari di Korea Selatan.
Setelah berjalan bersama di sepanjang karpet merah oleh penjaga kehormatan Korea Selatan dengan pakaian tradisional biru, kuning dan merah, kedua pemimpin memasuki Gedung Perdamaian di sisi Selatan, di mana mereka diharapkan untuk membahas denuklirisasi dan pertukaran budaya.
Beberapa menit sebelum Kim memasuki Gedung Perdamaian, tim keamanan Korea Utara melakukan penyisiran mencari kemungkinan adanya bahan peledak maupun alat-alat penyadap, serta menyemprotkan disinfektan di udara, di kursi, dan di buku tamu yang harus ditandatangani oleh Kim.
Pesan yang ditulis Kim di buku tamu terdengar penuh harapan. "Sejarah baru dimulai sekarang. Era kedamaian, dari titik awal sejarah," tulis Kim.