REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), pada Rabu (16/5), mengirim dua truk bantuan medis ke Jalur Gaza. Bantuan tersebut akan disalurkan ke sejumlah fasilitas medis dan rumah sakit yang menangani korban luka akibat kerusuhan di perbatasan Gaza-Israel pada Senin (14/5) lalu.
UNICEF mengatakan fasilitas medis di Jalur Gaza telah cukup kewalahan menangani pasien atau korban luka yang membeludak. Hal ini karena tenaga dan peralatan medis, serta ketersediaan obat-obatan sangat terbatas.
Situasi pun diperburuk dengan pemadaman listrik yang berlangsung hampir sepanjang hari. UNICEF mengungkapkan, sejak pecahnya kekerasan di perbatasan Gaza-Israel pada Senin lalu, lebih dari 1.000 anak terluka.
UNICEF mengaku sangat prihatin karena luka yang dialami anak-anak di sana cukup parah. Bahkan sebagian harus diamputasi bagian tubuhnya. UNICEF menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam eskalasi di Gaza agar melindungi dan tidak menargetkan anak-anak.
"Anak-anak harus dilindungi, tidak ditargetkan, tidak digunakan dalam kekerasan atau dimasukkan ke dalam situasi berisiko," kata UNICEF dalam sebuah pernyataan, dilaporkan laman UN News.
Lebih dari 100 warga Palestina telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka akibat diserang pasukan keamanan Israel sejak demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel digelar pada Senin (14/5). Ribuan warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza melakukan demonstrasi dalam rangka menentang pembukaan kedubes AS di Yerusalem.
Dalam aksi ini, massa pun menyuarakan tentang pengembalian hak para pengungsi Palestina untuk pulang ke desanya yang direbut dan diduduki Israel usai Perang Arab-Israel tahun 1948. Terkait hal ini,Komite Permanen Liga Arab untuk Hak Asasi Manusia, pada Selasa (15/5), menyerukan jaksa Pengadilan Pidana Internasional (ICC) untuk segera menyelidiki kejahatan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
"Israel adalah entitas yang menindas dan membunuh. Para politisi dan perwiranya harus dibawa ke Pengadilan Pidana Internasional," ujar Ketua Komite Amjad Shamout dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.
Liga Arab sendiri telah mengutuk tindakan brutal pasukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Pemimpin Liga Arab Ahmed Abdul Gheit menyebut pembantaian terhadap warga Palestina tak ubahnya seperti kejahatan perang.
Jaksa ICC Fatou Bensouda telah mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk mengadili kejahatan yang terjadi di perbatasan Gaza-Israel. "Staf saya dengan waspada mengikuti perkembangan di lapangan (Jalur Gaza) dan merekam setiap dugaan kejahatan yang bisa masuk dalam yurisdiksi pengadilan," ujarnya.