REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Kelompok Diskusi dan Opini Publik Indonesia (Kedaikopi), Hendri Satrio mengingatkan agar koalisi pendukung presiden pejawat (incumbent), agar tidak meremehkan kekuatan Koalisi Keumatan.
Hendri mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatian. Menurutnya, kata keumatan populer sejak 212. Ini seperti menguatkan tapi silaturahim antar umat Islam. Selain itu performa pemerintah di bidang ekonomi dan hukum tidak terlalu baik.
"Kelahiran Koalisi Keumatan akan menjadi opsi bagi publika yang menginginkan perbaikan di bidang ekonomi dan hukum di 2019," kata Hendri kepada Republika.co.id, Rabu (6/6).
Koalisi Keumatan, menurut Hendri juga didukung oleh hastag #2019GantiPresiden yang masih populer di taggar-taggar media sosial. Selama ekonomi dan penegakkan hukum di Indonesia dinilai publik masih belum baik maka hastag #2019GantiPresiden akan tetap populer. "Jadi akan tergantung pada kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah," ungkapnya.
Dalam politik, menurut Hendri, pemerintahan akan bisa langgeng jika ekonomi bagus, penegakkan hukumm dan kedewasaan berpolitik. Dan ketiga hal itu, menurut dia, saat ini sedang diuji.
Fenomena demokrasi di Indonesia saat ini, menurut Hendri sedang tidak lazim. Bahkan ada lucunya. Misalnya, orang yang merayakan kekalahan Ahok lebih banyak dibandingkan orang yang merayakan kemenangan Anies Baswedan.
"Jadi kekecewaan-kekecewaan itu bisa berujung ke siapa saja. Asal jangan Si A, atau Si B," jelasnya.
Apakah fenomena ini bisa terjadi di Pilpres 2019?. Menurut Hendri hal itu mungkin saja. Karena orang sedang mencari solusi pribadi untuk kehidupan pribadi yang lebih baik.