Sabtu 16 Jun 2018 00:30 WIB

Korea Utara Nikmati Kehidupan Baru Usai KTT

Apa yang dilihat warga Pyongyang merupakan peristiwa bersejarah

Rep: Winda Destiana Putri/ Red: Bilal Ramadhan
 Seorang pria menonton layar TV yang menyiarkan pertemuan  Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Seoul Railway Station di Seoul, Korea Selatan, Selasa (12/6).
Foto: AP/Ahn Young -joon
Seorang pria menonton layar TV yang menyiarkan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Seoul Railway Station di Seoul, Korea Selatan, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Serangkaian foto di halaman depan surat kabar partai pekerja yang berkuasa menunjukkan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan Korea Utara beberapa bulan lalu. Pemimpin mereka berjabat tangan hangat dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Apa yang dilihat warga Pyongyang merupakan peristiwa bersejarah dan menggaris bawahi kudeta propagada yang terlihat pada KTT tersebut. Meski baru permulaan, secara teknis masih menunjukkan peperangan, laporan surat kabar Pyongyang pagi ini menekankan pada rakyat Utara bahwa Trump menyetujui permintaan Kim untuk menghentikan latihan militer dengan Korea Selatan.

Trump juga harus sepakat mencabut sanksi dan membiarkan Utara sebagai negara berkembang. Trump menghargai bahwa atmosfer perdamaian dan stabilitas akan diciptakan di Semenanjung Korea.

"Meski sempat tertekan bahaya ekstrem bentrokan beberapa bulan lalu, tindakan proaktif cinta damai ini menjadi awal perdamaian dua negara," kata ringkasan pertemuan mereka kemarin dilansir AP.

KTT itu juga menggarisbawahi pergantian peristiwa dan mengejutkan karena Kim berjanji akan menjangkau dunia tanpa nuklir. Kim akan fokus pada diplomasi, termasuk pertemuan sebelumnya dengan Cina dan Korea Selatan.

Sangat kontras pada apa yang dilakukannya setahun silam, yang ditunjukkan dengan uji cepat misil jarak jauh, ancaman, dan membuat ketakutan nyata akan perang di Semenanjung Korea. Janji Kim untuk denuklirisasi dilaporkan oleh media pemerintah hari Rabu, bahwa Pyongyang akan menanggapi pelonggaran dari apa yang dilihatnya sebagai kebijakan bermusuhan dengan AS. Meski proses denuklirisasi masih bertahap akan dilakukan.

"Kim Jong-un dan Trump memiliki pengakuan bersama penting untuk mereka menyepakati perdamaian, stabilitas dan denuklirisasi di Semenanjung Korea," lapor KCNA.

Saat ini Korea Utara belum memperlihatkan dengan pasti proses denuklirisasi, karena perundingan masih harus berlanjut. Tetapi nampaknya mereka bergerak menuju hubungan yang lebih harmonis. Keduanya berjanji untuk mendorong prosesnya dengan cepat, bahkan Trump dan Kim saling bertukar undangan untuk mengunjungi Ibu Kota negara.

Yang menarik, Korea Utara juga tidak menutup diri dari bantuan Cina. Dimana ia dibawa dari Pyongyang menuju Singapura dengan menggunakan pesawat Air China dan melambai dengan ramah kepada awak media sebelum kembali ke Pyogyang. Itu merupakan kunci dari masa depan kedua negara tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement