REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Sebebanyak 96.523 jiwa warga Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kesulitan air bersih. Penyebabnya, karena bencana kekeringan pada musim kemarau ini. "Ada 54 desa yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah penduduk 96.523 jiwa terdampak kekeringan akibat musim kemarau," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul, Edy Basuki di Gunung Kidul, Selasa (26/6).
Ia mengatakan, kawasan prioritas selama ini dan yang paling rawan kekeringan ada di pelosok selatan. Seperti di Kecamatan Purwosari, Panggang, Tepus, Rongkop, dan Girisubo. "Beberapa daerah menjadi warga juga jaraknya jauh untuk mengambil air bersih di sumber-sumbernya," katanya.
Edy mengakui saat ini sejumlah wilayah sudah mendapatkan saluran PDAM, meski sering terhenti. "Kami sudah berkoordinasi dengan PDAM untuk memetakan daerah mana saja yang sudah mengalami kekeringan. Karena seringkali ada yang tersendat. Selain itu letak geografis yang tidak mungkin dialiri PDAM," katanya.
Dia mengatakan, BPBD juga sudah menyusun berbagai program ketika memasuki puncak musim kemarau nanti. Ketika kondisinya cukup parah, maka ia akan meminta bantuan ke BPBD provinsi agar menyuplai bantuan.
"Bagi pihak ketiga atau swasta yang akan menyalurkan bantuan dropping air bersih diimbaunya untuk melakukan koordinasi," katanya. Camat Tepus, R Azis Budiarto mengatakan setiap hari, pihaknya mendistribusikan lima tangki air bersih di Desa Tepus dan Sidoarjo. Dua desa ini sangat parah tingkat kekurangan airnya.
"Kami setiap hari melakukan pengiriman air bersih ke sejumlah wilayah yang memang tidak terjangkau dan tidak memiliki akses air bersih terutama di Desa Tepus dan Sidoarjo," katanya.