REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, sebanyak 164 penumpang dan anak buah kapal (ABK) kapal motor (KM) Sinar Bangun hingga kini masih hilang. Keberadaan mereka masih menjadi misteri.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sejak kapal ini tenggelam di Danau Toba, Sumatra Utara, Senin (18/6) hingga saat ini Rabu (27/6) sebanyak 164 orang masih belum ditemukan. "Tidak ada perkembangan," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu.
Sebelumnya, dari rapat verifikasi data korban kecelakaan KM Sinar Bangun VI di posko SAR Gabungan Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, Senin (25/6), diperoleh fakta bahwa jumlah penumpang dan ABK kapal ini sebanyak 188 orang. Rinciannya, korban selamat sebanyak 21 orang sesuai dengan keterangan Polres Samosir, kemudian yang meninggal dunia sebanyak tiga jiwa. "Kemudian korban yang belum ditemukan sebanyak 164 orang," katanya.
Ia menambahkan, hasil rapat ini telah disetujui dan disepakati para peserta yang hadir. Jika di kemudian hari terdapat kekeliruan pendataan, kata dia, pihaknya akan memperbaiki.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riyadil Akhir Lubis mengatakan, berdasarkan operasi yang dilakukan Basarnas, ternyata ada indikasi korban lain yang selamat. Namun, pihaknya tidak mengetahui alasan yang tepat sehingga korban yang selamat itu tidak melapor ke posko yang telah disiapkan. Untuk itu, pihaknya meminta korban KM Sinar Bangun yang selamat untuk melapor dan membuat pernyataan dari kepolisian.
Kemudian, tim penghubung dari SAR Nias digeser ke Simanido, Kabupaten Samosir, untuk membuka posko di sana karena belum adanya personel di daerah itu. Koordinator SAR Parapat Torang Hutahean yang menjadi perwira operasi pencarian mengatakan, kondisi itu bisa saja karena penumpang yang selamat takut untuk melapor.