Selasa 10 Jul 2018 16:49 WIB

Hindari Capres Tunggal, PKS Sarankan Strategi Pilgub DKI

PKS sedang mencari teman koalisi untuk bisa mencalonkan kadernya di Pilpres 2019.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Andri Saubani
Presiden PKS Sohibul Imam saat halal bi halal bersama kader PKS NTB di Kantor DPW PKS NTB di Jalan Lingkar Selatan, Mataram, NTB, Selasa (10/7).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Presiden PKS Sohibul Imam saat halal bi halal bersama kader PKS NTB di Kantor DPW PKS NTB di Jalan Lingkar Selatan, Mataram, NTB, Selasa (10/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Presiden PKS Sohibul Iman menegaskan PKS berusaha keras menghindari calon tunggal pada Pilpres 2019. PKS, kata dia, telah memiliki sembilan nama kader yang siap maju dalam kontestasi Pilpres 2019. Sohibul menyampaikan, hingga kini, PKS sedang mencari teman koalisi untuk bisa ikut mencalonkan kadernya di Pilpres 2019.

"Karena kecenderungannya kalau kita semua dukung Pak Jokowi maka akan ada calon tunggal, PKS berusaha mencari pasangan lain, sebab kalau PKS ikut juga ke Jokowi kemungkinan besar itu adalah calon tunggal dan itu tidak baik buat demokrasi kita," ujar Sohibul usai halalbihalal dengan kader PKS di Kantor DPW PKS NTB, Jalan Lingkar Selatan, Mataram, NTB, Selasa (10/7).

Sohibul menjelaskan, pada awalnya yang benar-benar berhadapan dengan pejawat (Jokowi) adalah PKS dan Gerindra. Seiring waktu berjalan, sejumlah partai seperti PAN, Demokrat, dan PKB mulai merapat.

"Banyak teman-teman partai lain ingin bergabung, ada PAN, ada Demokrat, ada PKB, tentu lima partai ini kalau kita membuat satu poros itu kan yang muncul cuma dua partai saja, yang tiga tidak," lanjutnya.

Saat berbincang dengan Wakil Ketua Partai Demokrat Syarief Hasan, Sohibul mengungkapkan sejumlah strategi, salah satunya membentuk dua poros melawan Jokowi. "Dalam pembicaraan saya dengan Pak Syarief Hasan sudah saya lontarkan, mungkin yang realistis lima partai di luar pemerintah ini bikin aja dua poros, tapi nanti di putaran kedua kita bekerja sama menjadi satu poros, idenya seperti itu," ungkap dia.

Namun begitu, kata Sohibul, semua ini masih dinamis dan baru akan diputuskan nanti. Ia menilai, segala hal dapat terjadi dalam dunia politik.

Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan mengatakan partainya tetap enggan membentuk poros ketiga dalam kontestasi Pilpres 2019. Sehingga, ia manyatakan tidak merespons keinginan PKS.

"Kami hargai kalau ada pikiran-pikiran yang berbeda. Saya masih perpendapat kemungkinan ada dua," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa.

Hal itu dikatakannya menanggapi pernyataan Presiden PKS Sohibul Iman yang mengusulkan untuk membentuk poros ketiga dalam pemilihan presiden atau Pilpres 2019. Tujuannya agar pilpres menjadi dua putaran seperti Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.

Zulkifli mengatakan, alasan pihaknya menolak pembentukan poros ketiga karena ambang batas pencalonan calon presiden-calon wakil presiden tinggi yaitu 20 persen. "Dua puluh persen itu tinggi, kalau poros ketiga harus tiga partai. Gabungan dua partai bisa mengajukan capres-cawapres hanya PDI Perjuangan, Partai Gerindra, dan Partai Golkar," ujarnya.

Dia menjelaskan, PDI Perjuangan dan Golkar sudah bersatu mengajukan capres sehingga poros ketiga kemungkinan tidak bisa terwujud. Menurut dia, poros ketiga bisa saja terbentuk, namun butuh keajaiban dalam mewujudkannya.

"Saya berpendapat dua pasangan capres-cawapres, kalau tiga pasangan butuh keajaiban," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement