REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan bom bunuh diri terjadi di pintu masuk Bandara Internasional Kabul, Afghanistan, pada Ahad (22/7) waktu setempat. Sebanyak 14 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka dalam peristiwa tersebut.
Aparat setempat mengatakan, orang-orang berkumpul untuk menyambut Wakil Presiden Afghanistan Abdul Rashid Dostum yang datang dari pengasingan. Pejabat pemerintah senior, pemimpin politik, dan pendukung saat itu sedang meninggalkan bandara usai menyambut pemimpin etnis Uzbek tersebut dan kemudian ledakan terjadi.
"Ini pertama kalinya saya melihat serangan bunuh diri," kata seorang saksi mata kepada AFP seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (23/7).
Juru bicara Kepolisian Kabul Hashmat Stanikzai mengkonfirmasi sebanyak 14 jiwa terbunuh termasuk petugas keamanan dan polisi lalu lintas dan 60 orang luka-luka. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Najib Danish mengatakan, rakyat sipil termasuk seorang anak dan para anggota petugas keamanan termasuk menjadi korban jiwa. Ia menambahkan, pengebom bunuh diri melakukannya dengan berjalan kaki.
Dostum yang dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) kembali dari Turki menggunakan pesawat. Ia sempat tinggal di negara tersebut sejak Mei 2017. Ribuan pendukung Dostum berada di jalanan dalam beberapa pekan terakhir, memblokir jalan tol untuk meminta kembalinya Dostum dan membebaskan milisi pro pemerintah. Pemrotes kemudian bersumpah pada Ahad untuk melanjutkan demonstrasi sampai pemimpin mereka menginstruksikan berhenti.
"Kami tidak percaya pemerintah. Kami akan melanjutkan protes kami kecuali Dostum yang memberitahu kami untuk berhenti," ujar pemimpin pemrotes di Provinsi Faryab, Ehsanullah Qowanch.
Pemrotes lainnya Massoud Khan mengaku, mereka selama 20 hari terakhir berada di jalanan. "Kami tidak akan menghentikan protes kami kecuali semua tuntutan kami dipenuhi," katanya.
Dostum meninggalkan Afghanistan pada Mei 2017 setelah dituduh melakukan kekerasan seksual dan penyekapan lawan politiknya.