REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta, pengerjaan proyek infrastruktur menggunakan semen dalam negeri. Hal itu demi menjaga iklim usaha dan kepastian investasi di dalam negeri terutama di sektor manufaktur seperti industri semen.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan, penggunaan semen dalam negeri untuk infrastruktur akan meningkatkan utilisasi pabrik semen di dalam negeri. Pasalnya pabrik-pabrik tersebut sedang over supply.
"Lagi pula, kualitas semen kita jauh lebih bagus daripada semen impor. Hal ini sesuai imbauan pemerintah yakni pakailah produk-produk dalam negeri," ujar Widodo kepada Republika, Senin, (23/7).
Lebih lanjut, ia menyebutkan, pada semester pertama 2018, konsumsi nasional dalam negeri hanya naik 3,6 persen. Padahal tahun ini, ditargetkan konsumsi dalam negeri mencapai lima sampai enam persen.
"Hal itu karena, konsumsi Juli turun drastis 40 persen dibandingkan Mei. Penyebabnya, karena ada libur panjang sekitar 12 hari di Juni," tutur Widodo.
Ia berharap, pada semester dua nanti konsumsi tersebut bisa naik enam sampai tujuh persen. Dengan begitu bisa menutup tidak tercapainya target di semester I.
Widodo juga menyatakan, konsumsi semen dalam negeri saat ini paling banyak masih di Pulau Jawa. Dengan porsi sebanyak 55 persen. "Selanjutnya yang terbanyak konsumsi di Sumatera sebanyak 21 persen. Lalu sisanya di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, serta Indonesia Timur seperti Maluku atau Irian," ujarnya.
Baca juga, Konsumsi Semen Indonesia untuk Infrastruktur Meningkat.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Agung Wiharto mengungkapkan konsumsi semen saat ini masih terbilang meningkat. Meskipun kelebihan pasokan semen masih terjadi, Agung menegaskan konsumsi Semen Indonesia masih terbilang baik terutama untuk pembangunan infrastruktur.
Agung menjelaskan, saat ini konsumsi Semen Indonesia terdiri atas dua jenis. "Ada konsumsi curah dan yang ritel seperti zak-zak, itu yang beratnya 40 kilogram yang banyak di pasar," kata Agung saat ditemui Republika.co.id, di kantor Semen Indonesia, Mega Kuningan, Jakarta, Senin (9/4).
Jika dilihat porsinya, Agung mengatakan, untuk konsumsi nasional sekitar 26 persen untuk semen jenis curah. Sementara 74 persen sisanya untuk konsumsi semen ritel yang tersedia banyak di pasaran.