REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kompleksitas permasalahan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan hutan menjadi non-hutan atau deforestasi memang memerlukan pendekatan dan kerjasama multisektor untuk menemukan solusi yang menyeluruh dan efektif. Disadari atau tidak, deforestasi tidak hanya mengubah nasib tanaman ataupun binatang yang hidup di atasnya, tapi juga berdampak luas pada lingkungan sekitarnya dan manusia dalam segi kesehatan maupun ekonomi.
OH Technical Officer Indonesia One Health University Network (Indohun), Prof Agus Suwandono mengatakan riset terkait deforestasi dan dampaknya terhadap kesehatan sangat penting untuk dilakukan. Di Indonesia, sangat sering dilakukan pembukaan hutan tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
"Dalam pembukaan hutan, yang pertama perlu diperhatikan adalah pemanfaatan hasil analisis dampak lingkungan secara maksimal. Yang kedua, perlu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat,” kata Agus, dalam rilisnya, Rabu (1/8).
Ia juga menyampaikan bahwa saat ini persyaratan dilakukannya analisis dampak lingkungan untuk pembukaan hutan sudah banyak dipenuhi, namun follow-up pelaksanaan hasilnya masih kurang dilakukan dengan konsekuen. Kasus seperti ini sudah banyak terjadi pada kasus pembukaan lahan baru untuk keperluan pertambangan, perkebunan, dan sebagainya.
Berangkat dari masalah deforestasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun tentu diperlukan pendekatan dan kerjasama multisektor untuk menemukan solusi yang menyeluruh dan efektif. Untuk mencapai tujuan tersebut, studi lebih lanjut sangat diperlukan.
Hal itu bukan untuk melarang manusia memanfaatkan lahan untuk industri ataupun kepentingan ekonomi lainnya. Namun untuk memberikan alternatif penggunaan lahan secara maksimal dengan dampak negatif minimal terhadap biodiversitas yang ada di dalamnya sehingga keseimbangan alam bisa tetap terjaga.
Sebagai salah satu bentuk pendekatan dan kerjasama multisektor, pada tahun 2018 ini telah dijalin kerjasama antara INDOHUN (Indonesia One Health University Network), University of Minnesota, dan Eco Health Alliance (EHA) untuk melakukan riset yang diberi nama Disease Emergence and Economics Evaluation of Altered Landscapes (DEAL).
Melalui pendekatan ilmiah dari berbagai disiplin ilmu, riset ini bertujuan untuk meringankan dampak negatif akibat perubahan lahan yang mungkin terjadi pada rakyat Indonesia baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Tak hanya melakukan studi mengenai perubahan penggunaan lahan dan dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi, riset DEAL juga berupaya menginformasikan hasil studinya kepada masyarakat untuk meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap alam Indonesia.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang juga merupakan Adjunct Professor di Department of Infectious Disease and Global Health, Cummings School of Veterinary Medicine,Tufts University, Boston, USA , Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, studi mengenai perubahan lahan saat ini lebih banyak ditekankan kepada untung ruginya dalam segi ekonomi dan lingkungan, namun pendekatan ilmiahnya terhadap kesehatan masyarakat masih kurang diperhatikan.
“Perlu adanya studi lebih lanjut mengenai hubungan perubahan penggunaan lahan dengan kesehatan dengan mengintegrasikannya dengan berbagai disiplin ilmu," jelas Wiku.
Dari sisi kesehatan, perubahan penggunaan lahan berkontribusi terhadap munculnya penyakit zoonotik di masyarakat. Penyakit zoonotik merupakan penyakit yang berasal dari hewan. Sebanyak 60 persen penyakit menular pada manusia berasal dari hewan, termasuk SARS, ebola, malaria dan AIDS.
Hampir separuh dari kasus zoonotik yang terjadi diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan (faktor antropogenik). Degradasi lingkungan dan perubahan penggunaan lahan menjadi ancaman bagi manusia berkaitan dengan peningkatan kontak manusia dengan satwa liar sebagai penghuni lahan yang terganggu habitatnya.
Hal ini berpotensi mengakibatkan terjadinya infeksi dari satwa liar ke manusia.
Selain itu, perubahan penggunaan lahan juga memiliki dampak ekonomi terkait dengan biaya yang dibutuhkan untuk konversi penggunaan lahan dari hutan menjadi non-hutan (pertanian, perkebunan, industri, atau perumahan), kerugian akibat kerusakan alam, dan biaya perawatan kesehatan akibat penyakit zoonotik yang ditimbulkan.
Melalui riset DEAL nantinya akan diinformasikan kepada pemangku kepentingan politik sebagai dasar ilmiah penyusunan kebijakan nasional. Sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, khususnya di bidang akademik. Riset DEAL juga berupaya meningkatkan kapasitas universitas-universitas lokal melalui berbagai pelatihan terkait perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Indonesia.