REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Nilai ekspor kopi daerah dataran tinggi Suku Gayo di Aceh, mengalami kenaikan sebesar 85,71 persen di semester I 2018 dibanding periode yang sama tahun 2017. Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Rabu, berujar, terjadi pertambahan nilai sekitar 15 juta dolar AS lebih dari satu komoditi ekspor melalui pelabuhan di luar Aceh.
"Semester I 2017 tercatat 17,5 juta dolar AS, sedangkan di semester I tahun ini 32,5 juta dolar AS. Sementara nilai ekspor kopi melalui plabuhan di Aceh hingga semester I 2018 baru 252 dolar AS," terangnya.
Ia mengatakan, kopi yang masuk ke dalam kelompok komoditi nonminyak dan gas bumi (migas) bersama teh, dan rempah-rempah, diekspor melalui Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. Pada semester I 2018, kelompok komoditi ini telah memberi kontribusi sebesar 68,91 persen dari total nilai ekspor melalui pelabuhan di luar Aceh sebesar 47,17 juta dolar AS.
"Ada nilai sekitar 14 juta dolar AS lagi di sumbang oleh kelompok komoditi, seperti buah-buahan tercatat 6,89 juta dolar AS yang telah memberi andil sebesar 14,61 persen," kata dia.
Lalu, lanjutnya, kelompok komoditi berbagai produk kimia tercatat 2,69 juta dolar AS yang telah memberi andil 5,71 persen, kemudian minyak atsiri, dan kosmetik wangi-wangian 2,47 juta dolar AS yang memberi andil 5,25 persen.
"Ikan dan udang 1,55 juta dolar AS andil 3,3 persen, serta daging dan ikan olahan 528 ratus ribu dolar AS, dan komoditi lain-lain," terangnya.
"Terjadi kenaikan nilai ekspor sekitar 34,45 persen di semester I 2018, jika dibanding periode yang sama tahun 2017 cuma 35,08 juta dolar AS," ungkap Wahyudin.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Mustafa Kamal menyatakan, kopi jenis arabica dan robusta dari dataran tinggi Suku Gayo telah diekspor ke 17 negara, terfavorit Amerika Serikat.
"Sampai saat ini, ekspor terbesar kopi kita masih ke Amerika. Selain itu secara bertahap, mulai juga ekspor ke negara-negara di Eropa dan Asia Pasifik," jelas Kepala Bagian Humas Setdakab Aceh Tengah, Mustafa Kamal.