REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Mahasiswa Universitas Negeri Medan membuat terobosan baru dengan menciptakan tanaman andaliman di Desa Parsoburan, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara menjadi bahan pewangi berupa parfum segar. Tanaman andaliman selama ini hanya biasa digunakan sebagai bahan masak atau bumbu.
Namun saat ini, menurut Fenny Cloudya Damanik pengelola Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) Unimed, tanaman andaliman itu dimanfaatkan menjadi bahan wangi-wangian dan merupakan inovasi baru bagi mahasiswa Unimed.
"Pembuatan parfum dari andaliman dengan menggunakan mesin parfum.Mesin parfum tersebut dirancang untuk menghasilkan parfum," ujar Fenny baru-baru ini.
Ia menyebutkan, mesin parfum tersebut multifungsi karena pada satu alat terdapat mesin penghalusan, pemanasan, pendinginan, dan akhirnya menjadi parpum. Untuk meningkatkan keberdayagunaan dan nilai ekonomis andaliman, mahasiswa Unimed memberikan pendampingan proses pembuatan parfum kepada petani andaliman.
"Pendampingan tersebut, sudah satu kali digelar sejak April 2019," ucap dia,
Fenny menjelaskan, program itu memiliki dua pertemuan dimulai dari pembuatan parfum skala lab dan pembuatan parfum menggunakan mesin parfum. "Saat ini masih berupa minyak atsiri (bibit parfum), diharapkan dapat dikembangkan menjadi pewangi dan aroma terapi," katanya.
Badia Sitorus petani andaliman Desa Parsoburan mengatakan, merasa senang dengan adanya program mahasiswa Unimed yang membantu dalam meningkatkan nilai ekonomis andaliman. Dengan adanya pendampingan pembuatan parfum itu, menurut dia, petani andaliman dapat memanfaatkan hasil panen andaliman menjadi parfum.
"Semoga kegiatan itu, lebih sering dilakukan sehingga dapat membantu para petani andaliman untuk mengembangkan usaha milik mereka," ujarnya.