REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh mengatakan ada suara-suara minir terkait peluncuran presidential scholarship atau beasiswa presiden. Sebab, beasiswa itu dikaitkan dengan masa peluncurannya yang bertepatan dengan kampanye dan diakhir masa bakti pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Saya jawab, untuk urusan kebaikan tidak ada kata terlambat. Kalaupun kiamat terjadi besok dan kita punya benih maka tanamlah benih itu. Masa kampanye, bukan masa yang steril dalam kebaikan. Dalam masa kampanye tidak apa-apa berbuat kebaikan asal tidak disalahgunakan,” katanya, Rabu (2/4).
Ia mengatakan untuk urusan kebaikan termasuk kebaikan dalam hal pendidikan, tidak berpengaruh pada kondisi politis di tanah air. Yang terpenting, baginya, pemerintah tetap bekerja dan pihak yang berkampanye dipersilakan untuk melakukan tugasnya.
“Kita tetap melakukan yang terbaik untuk bangsa ini,” katanya.
Beasiswa presiden diprakarsai oleh Presiden SBY pada 2013. Setelah gagasan itu mencuat, kemendikbud melakukan diskusi untuk menindaklanjuti hal tersebut. Diharapkan, nantinya akan lahir pemimpn baru yang berpengetahuan, memiliki keterampilan, karakter dan cinta serta bangga dengan tanah airnya.
“Ini merupakan program dan gagasan strategis dan brilian untuk meningkatkan populasi master dan dokter di tanah air. Terima kasih atas gagasan presiden tersebut. Memang tidak ada warisan yang paling baik bagi bangsa kecuali generasi yang bisa mengelola bangsa itu sendiri,” katanya.