REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkapkan, Ujian Nasional akan tetap dilaksanakan dalam dua tipe, yakni UN Berbasis Komputer (UNBK) dan UN manual. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 4 April pada tingkat SMA/sederajat dan 3 Mei di SMP/sederajat.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kemendikbud, Nizam menjelaskan, UN manual atau berbasis kertas saat ini masih dalam proses percetakan.
“Ada beberapa yang hampir selesai dan akan mulai didistribusikan ke daerah yang jauh,” ujar Nizam dalam Konferensi Pers Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RPNK) 2016 di Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kemendikbud, Sawangan, Depok, Senin (22/2).
Sementara tentang UNBK, kata Nizam, ini ditekankan pada sekolah yang benar-benar siap dalam menggelar UN tersebut. Dia juga menegaskan, UNBK ini diharapkan tidak membebani orang tua dengan memaksa menyediakan komputer untuk pelaksanaan UN tersebut. “Kami tidak mendorong agar membebani orang tua karena bukan itu yang kita inginkan,” kata alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini. Sekolah hanya perlu memanfaatkan komputer yang tersedia di sekolah.
Sejauh ini, Nizam menambahkan, jumlah sekolah yang melaksanakan UNBK meningkat delapan kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sebanyak 4451 sekolah direncanakan akan menggelar UNBK dengan jumlah siswa sebanyak satu juta. Jumlah ini persentasenya sekitar 40 persen di SMK, 17 persen SMA, dan 10 persen pada tingkatan SMP/sederajat.
“Yang menarik adalah Surabaya,” kata Nizam. Surabaya merencanakan 100 persen sekolahnya melaksanakan UNBK dengan sistem sharing. Tahun lalu sendiri hanya 554 sekolah yang menyelenggarakan UNBK.
Nizam mengatakan, UNBK ini memang lebih efisien dan efektif dilakukan dibandingkan UN manual. Dalam hal ini, terutama pada aspek distribusi naskahnya ke sekolah-sekolah. Di samping itu, gelaran UNBK juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi anak pada abad ke-21 ini.