REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengharapkan agar ujian nasional (UN) dapat dipergunakan untuk mengukur integritas semua pihak, baik siswa, guru, maupun sekolah itu sendiri. "Hasil UN yang tinggi harus diperoleh dengan cara jujur, tidak mengorbankan integritas melalui contek-mencontek," ujar Puan di Jakarta, Senin (9/5).
Selain itu, Puan berpesan agar siswa bangga dengan hasil kerja keras sendiri dan mengharapkan agar para orang tua membimbing putra-putrinya menjaga integritas dan utamakan kejujuran. Mulai Senin, 9 hingga Kamis, 12 Mei 2016, Ujian Nasional SMP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) digelar.
UN dilaksanakan menggunakan dua model, yaitu UN dengan soal yang dicetak di kertas; dan UN berbasis komputer. UN menyasar ke 4.052.068 siswa yang berasal dari 52.630 sekolah di seluruh Indonesia.
"Para siswa harus percaya diri, lakukan persiapan sebaik-baiknya untuk UN. Jangan terpengaruh dan percaya dengan iming-iming bocoran soal dan jawaban. Prestasi adalah hasil dari kerja keras. Oleh karena itu jujurlah pada diri sendiri karena prestasi yang diraih adalah penghargaan atas upaya diri sendiri," kata Puan.
UN merupakan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada standar kompetensi kelulusan (SKL).
Menurut Puan, pemerintah akan terus berupaya memberikan pelayanan pendidikan sebaik-baiknya serta meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia untuk menyiapkan generasi penerus bangsa dalam menghadapi globalisasi. Untuk itu, ia mendorong Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dan Menteri Agama Lukman Saifuddin agar pelaksanaan Ujian Nasional 2016 lebih baik dari tahun sebelumnya.