REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Selasa (23/8) meluncurkan buku seri literasi keuangan untuk perguruan tinggi agar pemahaman masyarakat tentang produk dan jasa keuangan dapat meningkat.
"Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan akan turut mempengaruhi stabilitas perekonomian, karena literasi keuangan akan membuka kesempatan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Tangerang, Selasa (23/8).
"Dari berbagai penelitian dihasilkan bahwa ada hubungan yang positif antara pendapatan perkapita dengan perkembangan finansial," katanya menambahkan.
Muliaman mengatakan khusus untuk mahasiswa dan mahasiswi, literasi keuangan juga teramat penting. Seiring berjalannya waktu, para mahasiswa dan mahasiswi akan dihadapkan pada proses untuk memasuki industri dan jasa keuangan. Misalnya, untuk kebutuhan investasi, ataupun untuk kegiatan menabung.
"Menyiapkan para remaja kita untuk memiliki pemahaman keuangan yang memadai adalah vital, tidak hanya bagi diri mereka sendiri dalam mengambil keputusan keuangan tetapi juga bagi stabilitas ekonomi suatu negara," ujar dia.
Lebih lanjut, Muliaman menuturkan, literasi keuangan juga dapat mencegah terjadinya ketidaktepatan transaksi (miss-selling) produk keuangan. Pada 2007-2009, miss-selling menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis finansial global.
"Pengetahuan keuangan investor dan pelanggan yang kurang memadai adalah pemicunya," kata dia.
Menurut survei terakhir OJK pada 2013, lebih dari 75 persen masyarakat Indonesia memiliki pemahaman yang kurang memadai tentang keuangan. "Ini merupakan fakta yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kita. Pekerjaan rumah yang tidak ringan bagi kita semua," ujarnya.
Buku Seri Literasi Keuangan tingkat Perguruan Tinggi disusun oleh OJK, Kelompok Kerja (Pokja) industri jasa keuangan, praktisi di masing-masing industri, Akademisi. Buku ini terdiri dari delapan seri buku dan 1 suplemen seri perencanaan.