REPUBLIKA.CO.ID, TANGSEL--Sistem pendidikan nasional belum memperkenalkan dengan baik pendidikan wirausaha. Padahal wirausaha merupakan jalan alternatif terhindar dari kemiskinan.
Menurut pengajar IPS Terpadu Sekolah Menengah Smart Ekselensia, Tri Artivini, adalah tugas seorang guru untuk memberikan bekal kepada anak didik guna menghadapi tantangan di masa depan. Terutama menuntun anak-anak menju kehidupan yang lebih baik.
"Kebetulan anak-anak didik saya berasal dari keluarga kurang mampu. Saya ingin mereka menjadi pribadi yang mulai memikirkan untuk tidak bergantung pada keluarga," kata dia saat berbicara dalam diskusi acara training "Guru Kreatif Pendidikan Berkualitas" di Wisma Syuhada, UIN Syarif Hidayatullah, Tangsel, Kamis (8/12).
Lalu munculah ide, proyek kelas sosial, Usaha Tanpa Modal. Proyek ini memungkinkan anak-anak menjual jasa yang mereka miliki. "Misalnya, memberikan les pada adik kelas, atau mencucikan baju teman-temannya, mencucikan motor," kata dia.
Hasilnya, ungkap dia, anak-anak mendapatkan hasil jerih payah pertamanya. Mereka tampak gembira sekali dengan hal itu. "Awalnya memang malu, gugup dan tidak tahu cara mengambil untung. Namun, lama kelamaan, mereka terbiasa," ujarnya.
Selanjutnya, kata Tri, ia ingin mengajak anak-anak didiknya untuk mencoba membuat acara dengan mencari sponsor dari luar. Dengan demikian, anak-anak kian terasah kemampuan anak-anak berwirausaha.
"Bicara untung besar nanti dulu lah, yang penting anak-anak tahu prosesnya dengan baik. Saat mereka tahu proses, pengembangan metode akan terjadi. Saat itulah pengetahuan wirausaha terus bertambah," katanya.
Acara training “Guru Kreatif Pendidikan Berkualitas” diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Insani Dompet Dhuafa (LPI DD) secara gratis kepada 500 guru honorer se-Jabodetabek. Kegiatan ini adalah yang keempat kali sejak digelar pada 2008.