Rabu 12 Sep 2018 22:12 WIB

BMKG: 150 Titik Panas Terdeteksi di Sumatra

Keberadaan titik panas ini mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan.

Ilustrasi titik panas kebakaran lahan di Sumatra.
Foto: ANTARA
Ilustrasi titik panas kebakaran lahan di Sumatra.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA AACEH -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, pantauan sensor modis dengan menggunakan satelit menemukan 150 hotspot (titik panas). Keberadaan titik panas ini mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daratan Sumatra.

"Sore ini secara akumulasi tidak ada ..hotspot di Aceh, tapi di provinsi di Sumatera terpantau 150 titik," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Rabu (12/9).

Ia mengatakan, penyebaran titik panas ini berada di delapan provinsi, yakni Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung. Ke-150 titik panas itu memiliki rincian tingkat kepercayaan yang mengindikasikan karhutla, seperti 36 titik di antaranya dinyatakan sebagai titik api karena miliki tingkat kepercayaan di atas 81 persen.

Lalu 42 titik dinyatakan diduga titik api akibat tingkat kepercayaan melebihi 71 persen, kemudian 45 titik kategori mengkhawatirkan karena tingkat kepercayaan lebih dari 61 persen, dan 25 titik sisanya masih aman dengan memiliki tingkat kepercayaan 51 persen lebih.

"Titik api, dan diduga titik api terkosentrasi di Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Sedangkan di provinsi yang lain, tidak begitu mengkhawatirkan," tutur Zakaria.

Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.

"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929. Sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan.

KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017. "Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement