Rabu 19 Sep 2018 14:11 WIB

Bulog Akui Operasi Pasar Beras tidak Terserap Maksimal

Kegiatan OP beras terus dilakukan demi menjaga kestabilan harga beras medium

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melepas produk Bulog dalam kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisaai Harga (KPSH) ke 15 titik di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melepas produk Bulog dalam kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisaai Harga (KPSH) ke 15 titik di Jakarta, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengakui bahwa beras yang digelontorkan melalui operasi pasar (OP) tidak terserap maksimal. Menurutnya, jumlah beras yang terserap dalam operasi pasar tidak lebih dari 1.000 ton per hari.

"Kami evaluasi pasar memang stok masih banyak. Kebutuhan masyarakat akan beras masih sedikit. Pedagang kita tawarkan juga belum mau karena stoknya masih banyak," kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas pada konferensi pers di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Rabu (19/9).

Ia menyebutkan kegiatan OP beras terus dilakukan demi menjaga kestabilan harga beras medium. Meski demikian, kenyataannya, kata dia, harga beras medium masih terbilang stabil dengan rata-rata di sejumlah wilayah Rp 9.000 per kg atau di bawah HET sebesar Rp 9.450 per kg.

Sementara itu, posisi stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur lebih dari 47 ribu ton, dengan suplai beras yang masuk setiap hari 4.000 ton per hari. Namun, OP dengan jumlah beras yang digelontorkan per hari sebesar 15 ribu ton, belum mampu terserap secara maksimal, yakni hanya terserap 1.000 ton.

Oleh karena itu, Perum Bulog pun mengadakan rapat koordinasi dengan mengundang kepala divisi regional dan kepala sub divisi regional wilayah Pulau Jawa. Rakor ini dilakukan untuk melaksanakan OP lebih masif lagi untuk menjaga stabilisasi harga beras.

"Makanya saya hari ini dikumpulkan teman-teman di jajaran Bulog. Kami akan masif turun ke pengecer-pengecer, bahkan dagang sendiri. Saya kumpulkan organisasi untuk mendistribusikan beras-beras OP," kata Buwas.

Ia menjelaskan operasi pasar dilakukan dengan menggelontorkan beras ke daerah-daerah dengan stok terbatas. Sementara untuk mengimbangi guyuran beras tersebut, Bulog juga melakukan optimalisasi penyerapan gabah petani untuk menjaga stok.

"Beras medium yang disalurkan sampai konsumen dijual dengan harga Rp 8.500 per kg untuk wilayah 1, Rp 9.000 per kg untuk wilayah 2 dan Rp 9.300 per kg untuk wilayah 3," ujar Buwas.

Ada pun wilayah 1 terdiri dari Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, NTB, Sulawesi dan Bali. Wiiayah 2 terdiri dari Sumatera kecuali Lampung dan Sumatera Selatan, NTT dan Kalimantan. Wilayah 3 terdiri dari Maluku dan Papua.

Hingga saat ini cadangan beras Bulog berada pada posisi 2,37 juta ton. Dari cadangan tersebut, Bulog telah menggelontorkan sebanyak 346 ribu ton beras melalui OP di berbagai wilayah lndonesia secara berkala.

Sejauh ini, Bulog juga telah menyerap beras dalam negeri sebanyak 1,4 juta ton atau 52,2 persen dari target sebesar 2,72 juta ton pada akhir 2018.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement