REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim pertama yang tercatat di Swedia adalah etnis Tatar Finlandia. Mereka bermigrasi dari Finlandia dan Estonia pada 1940-an.
Populasi Muslim Swedia meningkat secara signifikan selama kuartal terakhir abad ke-20. Dari hanya beberapa keluarga pada 1950, melonjak ke angka ratusan ribu pada akhir 1980-an. Eksistensi komunitas Muslim mulai kokoh setelah masuknya migran asal Timur Tengah pada 1970-an.
Islam merupakan agama resmi kedua di Swedia setelah Kristen. Ada hampir lima persen populasi Muslim di Swedia dari total populasi sembilan juta jiwa. Sebagian besar dari kalangan imigran atau keturunan migran.
Mayoritas Muslim tinggal di kota-kota besar dengan lebih dari 60 persen berada di tiga wilayah kota besar, Stockholm, Goteborg, dan Malmo. Populasi Muslim Swedia sangat beragam. Mereka berasal lebih dari 40 negara yang berbeda.
Di negara ini, Islam datang dibawa oleh para imigran yang lari dari rezim komunis atau konflik regional. Sebagian besar Suni, selain populasi Syiah dan Ahmadiyah.
Selain kaum migran, Muslim asli Swedia kian bertambah. Tidak ada catatan pasti, tapi dapat diperkirakan kelompok Muslim asli Swedia yang mualaf telah mencapai ribuan orang.
Salah seorang mualaf, Mohammed Knut Bernstrom, menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Swedia pada 1998. Yang menarik, banyak juga mualaf Swedia tertarik masuk tarekat-tarekat sufi.
Yang tersohor, ada pelukis kenamaan Ivan Agueli yang mengikuti tarekat Syadziliyah, penulis filsafat-spiritual Tage Lindbom alias Sidi Zayd, tokoh intelektual dan spiritual Kurt Almqvist, serta Tord Olsson. Tage Lindbom dan Kurt Almqvist ini banyak berbicara tentang filsafat perenial.
Kebebasan beragama dijamin di negara ini. Akan tetapi, Islamofobia dan radikalisme menjadi tantangan tersendiri bagi Muslim Swedia. Pada dekade 2000-an, Masjid Bellevue di Gothenburg dan Brandbergen di Stockholm sempat menyita perhatian publik lantaran dituduh sebagai pusat rekrutmen dan propaganda terorisme.