REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Bulan Bintang (PBB) yang dipimpin Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra hingga kini belum menentukan arah dukungan di Pilpres 2019. Yusril pun mengakui, salah satu alasan partainya belum mengambil sikap lantaran hasil Ijtima' Ulama II yang dinilainya tidak sesuai dengan garis PBB.
"Kita sudah tunggu hasil Ijtima' II dan itu sudah kita evaluasi, bukan berarti kita harus mematuhi. Kita ingin mendalami apa yang sesungguhnya terjadi dengan Ijtima II itu," kata Yusril, saat menghadiri acara deklarasi kampanye damai di Silang Monas, Jakarta, Ahad (24/9).
Yusril menilai, ada dua permasalahan dalam pakta integritas yang diajukan para ulama yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama. Pertama, kata dia, pakta itu seharusnya perjanjian dua belah pihak. Namun, dalam deklarasi Ijtima Ulama' II pernyataan dilakukan sepihak oleh calon presiden (capres), Prabowo Subianto.
Menurut dia, hal itu setiap saat bisa dicabut oleh orang yang membuat pernyataan. "Tidak ada perjanjian atau kesepakatan capres dengan para ulama itu. Yang ada hanya deklarasi sepihak dan disaksikan oleh para ulama," kata dia.
Selain itu, Yusril mengatakan, isi pakta terlalu umum. Ia yakin, jika pakta diajukan kepada Joko Widodo (Jokowi), capres pejawat itu pun mampu melaksanakannya.
Padahal, Yusril berharap para ulama menuntut penerapan syariat Islam kepada capres. Namun, harapan itu tak tercantum dalam poin-poin pakta Ijtima' Ulama IIituntidak ada sama sekali.
"Tuntutan Ijtima' Ulama II terlalu umum," kata dia.
Meski belum mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden, Yusril menegaskan PBB siap maju dalam Pemilu 2019. Target realistis PBB saat ini, kata dia, tak lain memeroleh kursi sebanyak-banyaknya dan membentuk kembali fraksi di DPR.
"Tidak ada korelasi antata pemilihan presiden dan legistlatif. Itu dua hal yang berbeda," tegas dia.
Hasil Ijtima' Ulama II
Ijtima' Ulama II yang digelar pada Ahad (16/9) lalu di Jakarta secara resmi menyatakan dukungan kepada pasangan bakal calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ijtima' itu juga ditandai dengan penandatanganan pakta integritas oleh Prabowo.
Lewat rekaman suara yang diperdengarkan di Ijtima' Ulama II, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab memberikan pesan-pesan kepada peserta ijtima'. Rizieq menegaskan Ijtima' Ulama tidak main-main dalam memberikan dukungan.
Rizieq mengatakan, penandatanganan pakta integritas sebagai ikatan perjanjian yang kuat dan mengikat serta bermartabat antara capres dan cawapres dengan ulama dan tokoh umat. Tujuannya menjaga kemaslahatan agama, bangsa, dan negara.
"Karenanya saya ingatkan kepada capres dan cawapres Prabowo-Sandi, yang hari ini menandatangani pakta integritas bahwa Ijtima' Ulama tidak sedang main-main dalam memberikan dukungan," kata Habib Rizieq melalui pesan suara saat Ijtima' Ulama berlangsung, Ahad (16/9).
Ia mengatakan, Ijtima' Ulama tidak sekadar atau sembarangan memberikan dukungan. Ijtima' Ulama sejak awal telah memikirkan langkah-langkah strategis yang fokus dan serius untuk mengantarkan pasangan capres dan cawapres kepada pintu kemenangan yang berkah.
Ia juga menyampaikan, Ijtima' Ulama pertama merekomendasikan Prabowo sebagai capres dengan pertimbangan yang sangat matang. Ijtima' Ulama juga merekomendasikan cawapres ulama. Ini juga dengan pertimbangan yang super matang.
"Bukan pertimbangan politik identitas SARA sebagaimana difitnahkan segelintir orang yang Islamofobia," ujarnya.
Ketua GNPF Ulama Yusuf Muhammad Matak pernah menyatakan, pihaknya akan menghormati pilihan politik PBB. Yusuf yakin PBB akan mengambil sikap jelas terkait keberpihakannya dalam Pilres 2019 mendatang.
“Kami menghormati pilihan seseorang apalagi profesor Yusril adalah orang yang punya pengalaman dan jam terbang di bidang perpolitikan cukup lama, dan insyaallah dia juga punya semangat juang yang besar yang pernah berjuang bersama-sama kami. Saya rasa beliau akan mengambil satu keputusan dan sikap yang jelas,” kata Yusuf Kamis (13/9).
Yusuf menilai, Yusril saat ini mempunyai beban untuk menjaga eksistensi PBB serta membesarkannya. Yusuf enggan menanggapi jika nantinya PBB mengambil sikap politik mendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
“Saya tak mau berandai-andai sebelum mendapatkan kepastian, insyaAllah beliau akan mengambil langkah positif, dia akan menentukan sejelas-jelasnya,” katanya.
Pakta Integritas Prabowo