REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Calon presiden terkemuka Brazil, Jair Bolsonaro, mengatakan tidak akan turut dalam acara debat dengan pesaingnya untuk pemilihan umum pada Ahad mendatang. Ia pun berusaha menangkis kritik bahwa ia menjadi ancaman bagi demokrasi negara itu.
Bolsonaro, calon presiden dari kubu kanan-jauh, pada bulan lalu ditusuk ketika berkampanye. Calon itu mengatakan dalam wawancara radio bahwa ia cukup sehat secara fisik untuk menghadiri acara debat.
Pesaingnya untuk pemilihan presiden, Fernando Haddad dari Partai Pekerja (PT), yang beraliran kiri, menuntut ia dan Bolsonaro berdebat di mana saja dalam format apapun. Fernando mengatakan demokrasi Brasil akan menderita jika pemberi suara tidak dapat mendengar dan membandingkan gagasan yang disampaikan.
Haddad dan sekutunya mengatakan sangat khawatir bahwa Bolsonaro, purnawirawan kapten angkatan darat berusia 63 tahun dan menjadi anggota kongres selama tujuh masa kerja, yang secara terbuka memuji kediktatoran militer Brazil 1964-1985, dapat jatuh kembali ke dalam cara kediktatoran.
"Kami bukan ancaman bagi demokrasi. Sebaliknya kami penjamin kebebasan dan demokrasi," kata Bolsonaro, 63 tahun. Dalam jajak-jajak pendapat, ia unggul sekitar 18 persen atas Haddad pada pemilihan putaran kedua.
Ketika berbicara kepada stasiun radio lokal, Bolsonaro menunjuk korupsi politik yang berkembang saat di bawah pemerintahan PT dan keterlibatan setiap partai utama sebagai bukti bahwa sebuah pemerintahan Haddad juga mengizinkan rasuah berlanjut. Haddad mengatakan akan memerangi korupsi.