Sabtu 27 Oct 2018 19:30 WIB

Bersihkan Jembatan Kuning, Tim Sering Jumpai Buaya

Pembersihan Jembatan Kuning ditargetkan selesai pada 5 November 2018.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolanda
Jembatan kuning yang rusak akibat gempa dan tsunami dengan latar belakang pelangi di Kawasan Lere, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (14/10).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Jembatan kuning yang rusak akibat gempa dan tsunami dengan latar belakang pelangi di Kawasan Lere, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pembersihan Jembatan Ponulele IV atau lebih dikenal Jembatan Kuning di Kota Palu yang hancur akibat gempa dan tsunami terus dilakukan tim perusahaan pelat merah, PT PP (Persero) Tbk. Namun, ada hal menarik yang dialami pekerja tersebut lantaran pekerjaan ditemani buaya laut.

Para pekerja tersebut kerap menemukan buaya laut sepanjang sekitar dua meter. Menurut salah satu tim pekerja, Ikhsan beranggapan buaya laut itu muncul di sekitar Jembatan Kuning karena terbawa derasnya ombak laut.

"Ada sering muncul," kata dia saat ditemui di daerah konstruksi Jembatan Kuning, Palu, Sabtu (27/10).

Ikhsan mengatakan berdasarkan keterangan warga, terdapat lubang buaya di lokasi tersebut. Karena itu, para pekerja kerap menjumpai buaya yang muncul.

Tak hanya itu, Ikhsan mengatakan, terkadang buaya tersebut naik ke jembatan melalui beberapa puing yang tenggelam ke air. "Jembatan sempat naik ke atas," ujar dia.

Selain melihat buaya, Ikhsan mengatakan pekerja pernah menemukan paru-paru manusia. Kemudian, temuan itu langsung dilaporkan pada Basarnas untuk diamankan.

Ikhsan mengatakan Kementerian PUPR menargetkan pembersihan Jembatan Kuning selesai pada 5 November 2018. Terkait nasib jembatan yang menghubungkan Palu Barat dan Timur, dia mengatakan pembangunan masih menunggu hasil kajian.

"Nanti dilihat dan dikaji dulu apakah struktur tanahnya pas untuk dibikin lagi," kata dia.

Jembatan berwarna kuning yang juga biasa disebut Jembatan Ponulele selesai dibangun oleh Pemerintah Kota Palu pada 2006 lalu. Jembatan itu menjadi istimewa karena merupakan jembatan lengkung pertama yang ada di Indonesia dan membentang di atas Teluk Talise, Kelurahan Besusu dan Lere, Kota Palu.

Sejak diresmikan, jembatan setinggi 20,2 meter dari badan jembatan dan memiliki lebar 7,5 meter tersebut menjadi salah satu tempat favorit para wisatawan untuk mengabadikan foto. Beragam momen cantik kerap disaksikan para masyarakat sekitar dari atas jembatan ini, mulai dari pemandangan matahari terbenam hingga pemandangan lautan. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement