Rabu 31 Oct 2018 08:17 WIB

Kemdagri Perkuat Inspektorat Daerah dengan Revisi PP 18/2016

Penyetaraan eselonering masih dalam tahap pembahasan sejumlah kementerian

Red: EH Ismail
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terus memperkuat kelembagaan inspektorat daerah. Penguatan dilakukan dengan revisi PP Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Menurut Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, terdapat lima arah kebijakan dalam revisi PP 18 tahun 2016, yaitu pelaporan hasil pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)  Daerah khususnya yang terindikasi KKN  untuk supervisi pengawasan.

Kebijakan kedua,  penambahan fungsi inspektorat daerah dalam pencegahan korupsi. Ketiga, penambahan satu unit kerja yang melakukan pemeriksaan investigatif.

Kebijakan keempat,  pengangkatan dan pemberhentian Inspektur atas izin pemerintah pusat. Terakhir, penyetaraan eselonering inspektur dengan Sekda.

“Terhadap lima arah kebijakan tersebut, semuanya sudah disepakati para pihak. Tinggal terkait poin lima, penyetaraan eselonering,” kata Tjahjo.

Hingga saat ini, penyetaraan eselonering masih dalam.proses harmonisasi peraturan perundangan di Kementerian HJukum dan HAM.

 Tjahjo mengatakan, secara filosofi kenaikan eselonering Inspektur daerah sejajar dengan Sekda sangat dibutuhkan untk menjaga independensi dan obyektifitas inspektorat dalam melakukan pengawasan ke perangkat daerah termasuk Sekda.

Kepala Pusat Penerangan Kemendagri, Bahtiar mengatakan, berdasarkan hasil konsultasi Sekjen Kemendagri dengan Menpan RB pada Senin (29/10), secara prinsip Menpan telah menyetujui kenaikan eselonering dan memerintahkan deputi terkait untuk menuntaskannya.

“Bersama KPK direncanakan minggu depan akan melakukan pembahasan lanjutan pak bersama Kementerian PAN RB, Setneg, dan Kementerian Hukum dan HAM,” ujar Bahtiar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement