Rabu 31 Oct 2018 13:15 WIB

AS Tuduh Cina Curi Data Rahasia

Cina dituduh mencuri informasi tentang mesin pesawat terbang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pesawat maskapai United, Amerika Serikat
Foto: AP
Pesawat maskapai United, Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menuduh badan intelijen Cina berkerja sama dengan para peretas meretas sistem komputer perusahaan swasta di AS. AS menuduh Cina mencuri informasi tentang mesin pesawat terbang yang digunakan oleh maskapai komersial AS.

Tuduhan itu mengatakan perusahaan penerbangan yang dimiliki oleh Cina sedang membangun mesin yang sama. Mesin itu akan dirakit di Cina dan negara lain.

Pesawat Cina termasuk C919 dan ARJ21 saat ini menggunakan mesin dari negara lain. Tapi, Negeri Tirai Bambu sedang mencoba untuk mengembangkan mesin buatan dalam negeri.

"Dapat digunakan oleh entitas Cina untuk membangun mesin yang sama atau mirip tanpa menghabiskan dana untuk penelitian dan pengembangan," kata Departemen Kehakiman Amerika, Rabu (31/10).

Sekitar sepuluh orang dianggap terlibat dalam pencurian data tersebut. AS mengatakan ada banyak perusahaan yang mengincar data tersebut tapi mereka hanya menyebutkan Capstone Turbine Corp.

Departemen Kehakiman AS mengatakan perusahaan Prancis yang berkerja sama dengan perusahaan AS dalam membangun mesin jet tersebut juga diretas. Prancis hanya memiliki satu perusahaan mesin pesawat komersial, yakni Safran SA.

Mereka bekerja sama dengan General Electric (GE) melalui kerja sama jangka panjang CFM Internasional. GE perusahaan mesin pesawat komersial terbesar di dunia. Mesin terbaru yang mereka ciptakan bernama LEAP.

Mesin itu digunakan untuk pesawat-pesawat kategori besar seperti Airbus SE dan pesawat-pesawat Boeing, termasuk pesawat buatan Cina yang dibangun oleh Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) yaitu, C919.

Juru bicara Safran di Cina menolak menanggapi pernyataan Departemen Kehakiman AS ini, begitu pula dengan GE. Departemen Kehakiman AS menuntut Zha Rong dan Chai Meng bersama rekan-rekan mereka yang bekerja di Kementerian Keamanan Negara provinsi Jiansung, untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Departemen Kehakiman AS mengatakan pencurian data sensitif itu dilakukan dari Januari 2010 sampai Mei 2015. Itu merupakan tuduhan ketiga Departemen Kehakiman AS kepada badan intelijen Cina sejak bulan lalu.

"Ini hanya awal, bersama dengan rekan federal kami akan menggandakan upaya kami untuk melindungi investasi dan kecerdasan Amerika," kata Kepala Departemen Kehakiman Divisi Keamanan Nasional John Demers.

Pada akhir bulan September, warga negara Cina yang terdaftar di Komando Cadangan Angkatan Bersenjata AS ditangkap di Chicago. Ia dituduh bekerja untuk badan intelijen Cina untuk merekrut teknisi dan ilmuwan termasuk kontraktor yang berkerja untuk Kementerian Pertahanan AS.

Di awal bulan Oktober, Departemen Kehakiman AS juga mengumumkan telah menangkap mata-mata yang berkerja untuk Kementerian Keamanan Negara Cina. Ia dituduh telah melakukan spionase ekonomi dan mencoba untuk mencuri data perdagangan rahasia dari beberapa perusahaan penerbangan dan antariksa AS.

FBI mengatakan kasus yang membuat pejabat senior Cina Xu Yanjun ini diekstradiksi dari Belgia tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Kasus-kasus itu semakin menguatkan dugaan AS adanya spionase ekonomi yang dilakukan Cina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement