REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Kita untuk Lombok melakukan inisiatif menggalang dana untuk menyediakan seragam dan alat-alat sekolah baru untuk anak-anak korban gempa Lombok. Hal ini sebagai upaya revitalisasi gempa bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat, khususnya di bidang pendidikan.
Bersama Dinas Pendidikan Lombok Utara dan para relawan, pendiri komunitas Kita untuk Lombok telah menyerahkan secara langsung paket donasi ke beberapa sekolah di area Lombok Barat dan Lombok Utara. Kylie Cathleen Situmorang, pendiri komunitas Kita untuk Lombok, mengungkapkan, inisiatif ini sebagai bentuk empati terhadap korban gempa bumi Lombok.
"Sebagai seorang pelajar, saya sangat memahami kehilangan kesempatan untuk belajar merupakan pukulan besar bagi siapa pun. Itu yang membulatkan tekad saya saat membentuk komunitas ini dengan tujuan agar dapat membantu anak-anak Lombok untuk tetap mendapatkan edukasi lebih baik pascagempa, dengan memberikan seragam dan peralatan sekolah baru sehingga mereka tidak kehilangan semangat untuk mengejar cita-citanya,” ungkapnya dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, akhir pekan lalu.
Sudah hampir dua bulan sejak bencana gempa bumi berskala 7.0 skala Richter (SR) mengguncang Lombok. Meski begitu, kondisi terakhir Lombok belum pulih dan masih membutuhkan banyak perbaikan. Salah satu hal yang paling mendesak ialah pemulihan di sektor pendidikan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi menyebutkan gempa bumi di Lombok menyebabkan kerusakan terhadap paling tidak 534 sekolah dari tingkat SD hingga SMA.
Kondisi ini juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Lombok Utara, Fauzan.“Ini memang musibah, tetapi meski dalam kondisi bagaimana pun pendidikan harus tetap berjalan, karena tidak mungkin anak-anak kita biarkan masa depannya hancur karena musibah. Kondisi terakhir, kami sudah mendirikan kelas-kelas darurat sekitar 1.700 yang tersebar di beberapa desa. Saya mengucapkan terima kasih kepada para relawan Kita untuk Lombok karena ikut membantu pemulihan pada bidang pendidikan, khususnya di daerah Lombok Utara, yang memiliki hampir 42.000 siswa aktif,” ungkapnya.
Selama dua hari berada di Lombok, komunitas Kita untuk Lombok melihat langsung kondisi terakhir beberapa desa di kawasan Lombok Utara dan Lombok Barat. Hampir seluruh bangunan rumah, sekolah, posyandu, puskesmas, dan rumah ibadah masih dalam kondisi hancur dan rusak berat.
Sampai sekarang, banyak anak-anak korban gempa Lombok yang terpaksa belajar di bawah tenda-tenda darurat dan harus saling bergantian dengan kelas lainnya, sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak kondusif. “Ini memang proyek pertama dari Kita untuk Lombok, tetapi harapan kami program ini tidak berhenti sampai di sini," ucap dia.
Seterusnya, misi Kita untuk Lombok akan berfokus di bidang pendidikan sehingga dapat mendukung dan membantu setiap anak-anak yang membutuhkan untuk mendapatkan akses belajar yang lebih baik lagi dimana pun mereka berada.