Sabtu 17 Nov 2018 18:26 WIB

Keberadaan Mafia Dinilai Ganggu Stabilitas Pangan

Dekan IPB Suwardi menilai isu mafia pangan tak bisa dipandang sebelah mata

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang warga mengumpulkan jagung pakan ternak setelah proses penjemuran di Desa Pasi Timon, Teunom, Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (17/2).
Foto: ANTARA FOTO
Seorang warga mengumpulkan jagung pakan ternak setelah proses penjemuran di Desa Pasi Timon, Teunom, Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Pertanian IPB Suwardi menilai eksistensi mafia pangan di Indonesia mengganggu stabilitas pangan maupun produksi pertanian nasional. Oleh sebab itu, ia menilai ulah mafia pangan benar-benar terasa dan bukan sekadar komoditas isu sebab telah berkembang lama.

"Keberadaan mafia pangan amat merugikan petani dan masyarakat karena bisa mempengaruhi, bahkan mengatur harga pangan," ujar Dekan Fakultas Pertanian IPB Suwardi, Jumat (16/11). 

Sebelumnya Komisi Ombudsman menyerukan supaya Kementan tidak mengembuskan tuduhan adanya praktik mafia pangan dan menganggapnya sebagai biang keladi di berbagai persoalan pertanian yang mengakibatkan keputusan impor komoditas. Salah satunya jagung yang saat ini sedang marak dibahas.

Menanggapi itu, Suwardi mengatakan, soal praktik mafia pangan tak bisa dipandang sebagai 'lemparan' isu terhadap berbagai persoalan pertanian. Namun telah menjadi fakta yang banyak terbukti pengungkapannya di lapangan.