REPUBLIKA.CO.ID, Senin, 12 November 2018 sekitar pukul 14.00 WIB, Maya Boru Ambarita menghubungi Haris Simamora (HS) melalui pesan singkat WhatsApp untuk meminta HS datang. “Kamu datang sekarang, besok kita mau belanja ke Tanah Abang jam 7 pagi,” tulis Diperum, siang itu.
“Iya, sudah kak, saya ke sana,” jawab HS.
Pesan tersebut terungkap dalam reka adegan pembunuhan Daperum Nainggolan bersama istrinya, Maya Boru Ambarita bersama kedua anaknya, Sarah Nainggolan dan Arya Nainggolan di tempat kejadian perkara (TKP), Rabu (21/11). Pesan itu pula yang menjadi awal mula maut pembantaian.
Sedianya, terdapat 62 adegan dimana 37 adegan di antaranya ada di rumah korban. Rekonstruksi dimulai tepat pukul 11.37 WIB. HS tiba dengan kondisi kepala yang tertutup hingga leher. Mengenakan baju tahanan dengan tangan diborgol.
Tak sedikit pun raut wajah cemas HS terlihat. Hanya ekspresi datar yang ia tunjukkan selama menjalani rekonstruksi. Berdasarkan daftar adegan milik kepolisian, HS baru tiba di rumah Daperum sekitar pukul 21.00 WIB.
Tersangka HS bahkan sempat mengobrol dengan Daperum dan Maya di ruang tamu sambil menonton TV. Namun, saat mereka tengah mengobrol, Daperum mengungkapkan kata-kata yang dianggap HS menyakiti hatinya.
“Nginap atau enggak kamu, kalau kamu nginap nanti enggak enak sama abang kita, Doglas,” kata Daperum.
Maya menyambut, “Terserah mau nginap atau enggak, soalnya ini bukan rumah kita, kita cuma numpang di sini,” sahut Maya.
Daperum menjawab lagi, “Sudah tahu kamu, kalau kamu (HS) nginap di sini abang saya enggak suka.”
Ia lalu berbicara dalam bahasa Batak yang berarti, “Kamu tidur di belakang saja, kayak sampah kamu,” kata Daperum.
Kapolrestro Bekasi Kota, Kombes Indarto menuturkan, usai mendengar pernyataan Daperum, muncul emosi di dalam dada HS kepada keduanya. HS pun berpikir untuk membunuh Daperum dan Maya dengan sebuah linggis sepanjang 30-40 sentimeter yang ia dapat di bawah wastafel rumah korban.
Indarto menuturkan, Daperum dan Maya dipukul dengan linggis sebanyak tiga kali hingga keduanya pingsan di ruang tamu. Maya sempat sadar ketika mengetahui Daperum dipukul, namun HS dengan cepat memukulnya.
HS lalu menusuk leher Daperum dengan ujung linggis yang tajam sebanyak tiga kali, begitu pun kepada Maya. Peristiwa pembunuhan terjadi tepat pada dini hari sekitar pukul 00.00 WIB.
“Bila ada pertanyaan kenapa tidak ada yang mendengar, jawabannya karena posisi korban sedang tidur lalu dihajar dengan linggis dan dibunuh dengan cara ditusuk,” kata Indarto.
Linggis, kata Indarto, dipilih HS karena dinilai merupakan alat yang ampuh membunuh keduanya. Daperum dan istrinya lalu ditutup kepalanya dengan bantal karena darah keluar amat banyak.
Tak lama, kedua anak mereka curiga dan ingin melihat orang tuanya. Namun HS pun menyuruh mereka segera tidur. Nahas, khawatir mengancam HS, kedua anak itu pun dicekik selama 30 detik secara bergantian hingga akhirnya satu keluarga meninggal. Menurut Indarto, kedua anak korban sempat kejang-kejang.
Usai membunuh keduanya, HS lalu masuk ke kamar Daperum mengambil uang sekitar Rp 2 juta, empat ponsel samsung, dan kunci mobil Nissa X-Trail berplat B 1075 UOG. HS lalu pergi dengan mobil itu menuju Kalimalang untuk membuang linggis yang ia pakai untuk membunuh.
Salah satu penghuni kontrakan yang dikelola Daperum, Deny Saputra menuturkan, dirinya pulang pada Senin sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu mobil korban masih ada. Sekitar pukul 20.55 WIB, Deny mengaku mendengar suara gesekan antara sendal dengan paving di depan kamar kontrakannya.
“Ini tidak biasanya, saya deg-degan dengar begitu. Lalu pukul 03.30 WIB, saya keluar, mobil sudah tidak ada. Pintu gerbang dalam keadaan terbuka. Ini janggal dan aneh,” kata Deny kepada Republika.
Deny merupakan adik dari Feby Lofa Rukiani yang menjadi saksi pertama pembunuhan. Ketika mereka mengetahui gerbang terbuka, keduanya berpikir positif dan tak mengira seluruh orang dalam rumah itu telah dibunuh.
Namun, hingga pagi datang, Feby yang sudah mengenal keluarga Nainggolan merasa aneh. Ia membuka jendela dan melihat Daperum dan Maya tergeletak bersimbah darah.