REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Pertama kalinya Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) memiliki duta literasi. Gubernur Sumsel Herman Deru, Selasa (27/11) mengukuhkan Percha Leanpuri menjadi Duta Literasi Sumsel bertempat di Perpustakaan Provinsi Sumsel, Jalan Demanglebar Daun, Palembang.
Sebelum dinobatkan sebagai Duta Literasi Sumsel, Percha Leanpuri pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mewaliki Sumatra Selatan untuk periode 2009-2014 dan 2014-2015, hanya satu tahu lalu mengundurkan diri dari DPD karena mencalonkan diri sebagai calon Bupati Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
“Duta Literasi Provinsi Sumatera Selatan harus mampu memberikan kontribusi dan bertanggung jawab serta mampu mengubah atau mempengaruh mindset masyarakat agar kembali gemar membaca. Cikal bakal orang berpengetahuan itu dari pustaka," kata Herman.
Menurut Herman Deru, tahun 2019 akan segera dialokasikan dana untuk taman baca dengan selera masa kini yang dikemas secara modern. "Untuk menumbuhkan minat baca kita tidak bisa hanya sekedar mengimbau, harus dipaksa dengan kasih sayang. Saran saya kepada Duta Literasi dan aparat sipil negara yang membidangi ini, untuk mengajak anak-anak membaca dengan cara yang harus sangat fleksibel jangan dengan cara kaku," kata dia.
Gubernur Sumsel mengungkapkan keprihatinannya, pada era serba digital saat ini, kegemaran masyarakat akan membaca buku dan kepustakawan kian menurun. “Hadirnya gadget membuat masyarakat hanyut dalam kecanggihan tekhnologi,” ujarnya.
Menurut Kepala Perpustakaan Provinsi Sumsel Mislena, penobatan Percha Leanpuri sebagai Duta Literasi Sumsel untuk menjadi penggerak budaya baca di Sumsel. Percha Leanpuri ditunjuk karena aktivitas dan ketokohannya yang begitu kuat di Sumsel dan nasional. "Sehingga kami yakin beliau dapat menjadi penggerak budaya baca, diharapkan dapat meningkatkan minat baca di Sumsel,” katanya.
Mislena juga menjelaskan, saat ini pengunjung perpustakaan Provinsi Sumsel agak menurun karena tempatnya kurang nyaman. “Minatnya besar, misalnya pada Sabtu dan Ahad biasanya tidak tertampung. Dalam sehari 200 orang. Yang mendominasi anak-anak dan umum. Persentasenya 60 persen dari remaja dan 40 persen dari anak-anak dan PAUD,” ujarnya.