Orang saleh pertama bertawasul dengan amalan baktinya kepada orang tua. Ia merupakan seorang penggembala miskin yang berkewajiban menafkahi kedua orang tua, istri, dan anak-anak yang masih kecil. Setiap pulang menggembala, ia memerah susu untuk diberikan kepada keluarganya tersebut. Setiap hari, ia melakukannya secara rutin dengan memberikan susu kepada kedua orang tuanya lebih dahulu, baru kemudian anak dan istrinya.
Suatu hari, ternak si penggembala berlari jauh dari tempat merumput biasa. Akibatnya, ia pulang ke rumah setelah matahari terbenam. Seperti biasa, ia memeras susu dari ternaknya. Namun, ketika tiba di rumah, orang tuanya telah tertidur lelap.
Bukan memberikan kepada anaknya, si penggembala justru menunggu orang tuanya terbangun, sementara anak-anaknya menangis meminta susu tersebut karena lapar. "Aku tidak suka memberi minum anak-anakku sebelum kedua orang tuaku meminumnya," ujar si penggembala.
Ia terus menunggu dengan perasaan iba kepada anaknya hingga fajar menyingsing. "Seperti itulah kondisiku dan anak-anakku hingga terbit fajar. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena Engkau, karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah dari batu ini satu celah untuk kami agar dapat melihat langit," pintanya kepada Allah. Akhirnya, di batu yang menutup rapat pintu goa itu terbuka sebuah celah.