REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Mujadid Muhas mengatakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi rumah rusak di Lombok Utara akibat gempa masih terkendala. Terutama, ketersediaan panel pada rumah model rumah instan sederhana sehat (Risha) dan ketersediaan bahan kayu untuk rumah model instan kayu (Rika).
Mujadid menyampaikan, secara administrasi pembentukan kelompok masyarakat (pokmas) yang merupakan syarat pencairan bantuan sudah cukup maksimal. "Tapi kita terbentur kendala utama saat ini adalah ketersediaan bahan-bahan karena rumah yang dibangun memang harus yang berstandar tahan gempa," ujar Mujadid di Lombok Utara, Senin (17/12).
Mujadid menjelaskan, berdasarkan data verifikasi, jumlah rumah rusak akibat gempa di Lombok Utara mencapai 63.332 unit, dengan rincian 50.665 rumah rusak berat, 9.500 rumah rusak sedang, dan 3.167 rumah rusak ringan.
Mujadid mengungkapkan, hingga Senin (17/12), baru sekira 190 unit rumah hunian tetap (huntap) yang sudah terbangun. Ia menyebutkan, model Risha terbangun sebanyak 10 unit di Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan, 16 unit di Karang Panasan, Kecamatan Tanjung, dan 14 unit di Salut, Kecamatan Bayan. Sedangkan untuk Rika terbangun 20 unit di Gondang Kecamatan Gangga, 15 unit di Gol Kecamatan Tanjung, 15 unit di Medana Kecamatan Tanjung, dan 20 unit di Lenek Kecamatan Gangga yang dibangun secara mandiri difasilitasi NGO.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 unit huntap, justru datang dari kepedulian Pemda di luar Provinsi NTB, yakini Pemkab Klaten, Jawa Tengah, yang membangun 40 unit huntap di Desa Pendua, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara," kata Mujadid.
Selain Pemkab Klaten, bantuan juga masuk dari Pemprov Aceh untuk pembangunan total Masjid Annur di Kecamatan Gangga, serta bantuan dari Pemda Kabupaten Pidie Jaya, Aceh untuk pembangunan total Mushala Al Ikhlas di Kecamatan Tanjung.