REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Target pemerintah dalam melakukan merger atau menggabungkan perguruan tinggi kecil nampaknya tidak berjalan sesuai harapan. Pasalnya, dari target menggabungkan 1.000 perguruan tinggi kecil, hingga akhir tahun 2018 kampus yang dimerger belum mencapai 100.
“Saat ini belum sampai 100, tapi di atas 50. Misal kalau sampai di atas 500 akan sangat bagus,” kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir, Rabu (19/12).
Meski perkembangan merger perguruan tinggi kian alot, Nasir berdalih saat ini respons merger kian positif dan banyak masyarakat dan yayasan yang mulai membuka diri dengan merger. Karena itu dia berharap tahun 2019 mendatang, banyak kampus kecil melakukan merger.
“Makin baik dan masyarakat sudah mulai berpikir (untuk melakukan merger),” jelas dia.
Selain itu, tahun 2019 mendatang Nasir juga berencana untuk mulai menggabungkan kampus antar daerah. Diharapkan, semakin banyak kampus yang mau melakukan merger.
Jumlah perguruan tinggi (PT) di Indonesia mencapai 4.529. Namun sayangnya, hampir 3.168 PT termasuk pada perguruan tinggi kecil dan sekitar 633 termasuk pada PT yang kurang sehat.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kelembagaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Patdono Suwignjo mengaku terus berupaya mendorong kampus kecil dan tidak sehat agar mau melakukan merger. Upaya merger sendiri, sudah lama dicanangkan oleh Kemenristekdikti.
Patdono menyebut, per Agustus 2018 sudah ada 200 usulan merger yang di proses ke Ditjen Kelembagaan Kemenristekdikti. Dia pun berharap, target Menristekdikti untuk mengurangi 1.000 perguruan tinggi bisa tercapai pada akhir tahun 2018.
“Sekarang dalam proses itu ada 200 usulan untuk melakukan merger. Ada yang tiga PT merger jadi satu. ada yang empat PT merger jadi satu, dan ada yang dua PT merger jadi satu. Tapi ini masing-masing PT yang merger itu masih banyak yang mau merger tapi wait and see,” kata dia.