REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemilihan Umum (KPU), menanggapi unggahan Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief, soal temuan tujuh kontainer berisi surat suara yang diduga sudah dicoblos. KPU menganggap cicitan Andi Arief tersebut sebagai suara masyarakat.
"Dia (Andi Arief) kenapa? Kan beliau bilang 'tolong cek', kemudian ini sudah kami cek. Tidak ada urusannya kami melaporkan (Andi Arief), dia kan minta dicek," ujar Hasyim kepada wartawan di Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (3/1) dinihari.
Menurut Hasyim, dalam ranah hukum siapa yang bertindak, maka dia yang bertanggungjawab. "Kalau (unggahan) mohon dicek itu kita anggap sebagai suara publik atau suara rakyat pemilih. Maka kami cek," lanjut Hasyim.
Dia pun menegaskan alasan mengapa KPU dan Bawaslu langsung mengecek informasi temuan surat suara di lapangan. Sebab, kata dia, surat suara adalah logistik utama Pemilu 2019.
"Suara rakyat diekspresikan dalam surat suara. Dengan beredarnya informasi surat suara sudah beredar dengan jumlah yang disebutkan, yakni tujuh kontainer jumlahnya 80 ribu surat suara, bagi kami itu merupakan isu serius," tutur Hasyim.
Menurut dia, KPU sampai saat ini belum mencetak satu pun surat suara untuk pemilu. Pada Jumat (4/1) mendatang, KPU baru akan melakukan validasi desain surat suara.
Pada saat itu KPU akan mengundang perwakilan dua pasangan capres-cawapres dan pengurus parpol peserta pemilu. Validasi ini bertujuan meneliti kembali desain surat suara yang sudah ada supaya tidak terjadi kesalahan saat mencetak.
"Artinya proses pengadaan surat suara baru berjalan dan belum dicetak. Kalau sudah ada kabar barang cetakan berarti ini kan mengesankan diam-diam siapa tahu KPU sudah mencetak," tegas Hasyim.
Pencetakan surat suara ini, akan dilakukan oleh konsorsium (gabungan perusahaan) yang memenangkan lelang pengadaan surat suara. Hasyim memastikan jika seluruh pencetakan surat suara dilakukan di dalam negeri.
"Akan mulai dicetak bulan ini. Sekitar lewat dari pertengahan Januari," tambahnya.
Isu tentang penemuan surat suara ini mengemuka setelah Andi Arief, menyampaikan hal tersebut di akun Twitternya pada Rabu. Dalam cuitan yang diunggah Andi pukul 20.05 WIB menyatakan
"Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di tanjung Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya. Karena ini kabar sudah beredar."
Namun, cicitan itu sudah dihapus oleh Andi sendiri beberapa saat kemudian. Meski demikian, pernyataan Andi kemudian dijadikan salah satu sumber informasi oleh sejumlah media massa.
Setelah itu, KPU dan Bawaslu langsung melakukan pengecekan ke Kantor Pelayanan Direktorat Bea Cukai Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu malam. "Malam ini KPU bersama Bawaslu melakukan pengecekan terhadap isu yang beredar sejak Rabu sore tadi. Terkait adanya tujuh kontaioner dari Cina yang dikabarkan di dalam masing-masing di dalamnya berisi 10 juta surat suara," ujar Ketua KPU, Arief Budiman, usai bertemu dengan pihak Bea Cukai, Kamis dinihari.
Menurut kabar yang beredar, kaya Arief, tujuan kontainer itu ditemukan oleh salah satu marinir TNI Angkatan Laut (AL). Kemudian, informasi yang beredar juga menyebut jika tujuh kontainer sudah dibuka, surat suara yang ada di dalamnya juga sudah dicoblos untuk pasangan capres-cawapres nomor urut 01.
Arief pun menegaskan jika sejumlah informasi yang beredar itu tidak benar. "Kami memastikan berdasarkan keterangan Bea Cukai, tidak ada berita tentang tujuh kontainer itu. (Berita) itu tidak benar dan juga tidak ada marinir TNI AL yang menemukan kontainer tersebut, Jadi semua berita itu bohong," tegas Arief.