REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Dinas Kesehatan Kota Balikpapan menemukan 66 kasus demam berdarah dengue selama dua pekan di bulan ini. Di mana, seorang penderita di antaranya meninggal dunia.
"Iya, satu warga Karangjoang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Balerina di Balikpapan, Jumat (25/1).
Pihaknya sudah memerintahkan seluruh petugas fasilitas kesehatan di "Kota Minyak" itu waspada dan siaga selama 24 jam guna mengatasi serangan penyakit. Terutama, pada musim hujan itu.
Gerakan 3M, kata dia, juga terus digencarkan untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegepty, pembawa virus demam berdarah. "Pencegahan yang utama, dan semoga tidak bertambah lagi," kata Balerina.
Sebanyak 66 kasus tersebut, meliputi pekan pertama Januari 2019 tercatat 35 kasus dan pekan kedua 31 kasus. Pada periode yang sama tahun lalu tercatat 86 kasus.
"Walaupun masih lebih sedikit bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu," katanya.
Balerina menjelaskan angka kasus itu juga menjadi patokan untuk penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Artinya, KLB akan ditetapkan bila jumlah kejadian melebihi kejadian serupa pada tahun sebelumnya.
Balerina mengungkapkan bahwa kasus DBD di Balikpapan dalam tiga tahun terakhir memang cukup tinggi. Kejadian terbesar pada 2016 dengan jumlah kasus mencapai empat ribu lebih dan korban meninggal 26 orang.
Sejak itu, Pemkot Balikpapan kembali menggiatkan berbagai upaya pencegahan. Gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) ditambah penggunaan kelambu air dipopulerkan lagi. Pada 2017 tercatat 1.137 kasus DBD dengan dua warga meninggal dunia dan pada 2018 tercatat 1.304 kasus dengan dua warga meninggal dunia.
Ia menjelaskan program kelambu air adalah variasi melengkapi gerakan 3M. Wadah air diberi tutup agar tidak bisa dijadikan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.