REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), sejak awal 2019 mulai merebak di beberapa daerah. Di Kabupaten Banyumas, sedikitnya ada 20 warga yang diindikasikan terkena penyakit tersebut. Demikian juga daerah-daerah lain di sekitarnya.
Terkait hal ini, Kepala Dinkes Banyumas Sadiyanto, meminta agar petugas di Puskesmas wilayahnya meningkat kewaspadaan terhadap penyakit ini. "Terutama petugas promotor kesehatan (Promkes) dan epidemologi, harus lebih aktif berada di tengah masyarakat," jelasnya, Sabtu (26/1).
Petugas Promkes, katanya, harus terus menerus mengajak masyarakat untuk menggiatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Sedangkan petugas Epidemologi, harus cepat memberikan laporan pada Dinas Kesehatan bila menemukan kasus DBD di satu wilayah, agar bisa segera dilakukan tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Dalam kunjungan ke Puskesmas Cilongok sebelumnya, Sadiyanto menyebutkan, dari 20 kasus warga yang terjangkit DBD, sejauh ini masih bisa ditangani. Tidak ada penderita yang sampai mengalami gejala DBD cukup parah, karena langsung ditangani di rumah sakit.
Untuk itu, dia meminta masyarakat juga lebih peduli melakukan PSN. Kegiatan PSN, antara lain bisa dilakukan dengan melakukan tindakan 3M, yakni Menutup tempat penyimpanan air, Menguras bak-bak mandi, dan Mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penyebar DBD.
Selain di Banyumas, DBD juga menyebar di Kabupaten Purbalingga. Kepala Dinas Kesehatan Hanung Wikantono, menyebutkan hingga saat ini sedikitnya sudah ada 38 warga yang terjangkit.
"Dari jumlah itu, seorang penderita meninggal karena sudah mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS)," jelasnya.
Dari jumlah kasus sebanyak itu, dia mengaku petugasnya sudah melakukan fogging di empat wilayah. Ada yang di satu wilayah dilakukan fogging dua kali, ada juga yang baru sekali. "Kami melakukan fogging tidak bisa asal-asalnya. Ada prosedurnya," jelasnya.
Fogging nyamuk dbd
Dia menyebutkan, fogging hanya dilakukan di satu kawasan bila di kawasan tersebut ada warga yang dipastikan terjangkit DBD. Fogging dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa, yang bisa menyebarkan penyakit DBD. "Pada dasarnya, bahan dasar yang digunakan untuk fogging itu racun untuk membunuh nyamuk. Karena itu, fogging tidak bisa sembarangan dilakukan," katanya.
Terkait hal ini, dia juga meminta agar masyarakat mengaktifkan kegiatan 3M. "Pada musim penghujan seperti sekarang, jangan sampai ada barang sampah yang bisa menampung air sehingga menjadi media perkembangbiakan nyamuk. Kalau menemukan media semacam itu, sebaiknya dikubur," katanya.
Sementara di Kabupaten Banjarnegara, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Aep Kusuma mengatakan hingga kini ada tujuh kasus warga yang terjangkit DBD. "Minggu pertama empat kasus, minggu kedua dua kasus dan minggu ketiga satu kasus," katanya.
Namun dia menyebutkan, data ini masih bisa bertambah karena data dari rumah sakit belum diterima seluruhnya. "Yang memastikan pasien mengalami deman berdarah, adalah pihak RS. Kita menerima laporan dari RS, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan di lapangan baik dalam bentuk penyuluhan PSN, fogging maupun kegiatan epidemologi," katanya.
Dia menyebutkan, kewaspadaan terhadap penyakit DBD ini perlu ditingkatkan, karena di kabupaten tetangga sudah ada penderita yang meninggal dunia. Yakni, satu penderita di Purbalingga dan satu pasien di Kabupaten Kebumen.