REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Perluasan kerusakan tanggul Kali Bekasi di Jalan Expres Raya, Kemang Pratama semakin parah. Tingkat kemiringan tanggul terus bertambah seiring kontur tanah yang labil di puncak musim penghujan. Sementara, tidak ada biaya yang teralokasikan saat ini untuk perbaikan.
Kepala Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Bambang Hidayah, mengatakan, sebagai lembaga yang bertugas, pihaknya hanya dapat menunggu dana sisa pada APBN 2019 yang kemudian di alokasikan dalam APBN-P 2019. Sebab, perluasan kerusakan sebelumnya tidak diprediksi sehingga tidak dimasukan dalam rencana anggaran tahun ini.
“Iya, jadi kita masih menunggu dana sisa atau tambahan di tahun ini. Kita sudah minta ke pemerintah pusat, tapi paling cepat mungkin bulan Juni-Juli,” kata Bambang kepada Republika.co.id, Senin (28/1).
Menurut Bambang, total biaya perbaikan kerusakan tersebut sekitar Rp 12 miliar. Perbaikan itu mencakup pembangunan pondasi dan dinding tanggul yang baru.
BBWSCC sebelumnya, telah menyelesaikan pembangunan pondasi sekaligus tanggul di Jalan Expres Raya sepanjang 80 meter. Sebab tanggul yang dibangun sejak 2009 silam itu mulai miring dan rawan roboh sejak 2017. Namun, menjelang penyelesaian proyek, tanggul yang miring semakin meluas.
Dari penghitungan BBWSCC, perluasan kerusakan itu mencapai 70 meter. Kerusakan itu mulanya diketahui pada tanggal 1 Januari 2019 oleh warga setempat. Berdasarkan pantauan Republika, tingkat kemiringan tanggul yang belum diperbaiki sekitar 60 derajat dengan arah kemiringan ke bibir kali. Selain itu, salah satu sisi tanggul patah akibat terdorong tanah.
Adapun tanggul itu berfungsi sebagai penahan ketika debet air Kali Bekasi meningkat. Sebab, kawasan Kemang Pratam merupakan satu dari sekian wilayah kota yang kerap banjir. Bambang mengatakan, dari temuan tim teknis, kerusakan tanggul akibat banyaknya drainase perumahan menuju arah kali bekasi. Namun, drainase tersebut buntu di dinding kali sehingga air tertahan dan menganggu stabilitas tanah.
“Jadi air dari rumah-rumah warga tidak ke kali, tapi tertahan di tanggul. Ini salah satu faktor kerusakan. Memang, orang-orang di Kemang Prata tidak ada yang ahli soal drainase,” kata dia.
Sementara menunggu pencairan dana APBN-P 2019, BBWSCC tidak dapat memprediksi apakah kerusakan bisa meluas atau tidak. Sebab, kekokohan tanggul juga tergantung pada kontur tanah sekitar. Kemungkinan terbesar adalah bertambahnya keretakan atau patah dinding tanggul. Adapun tanggul yang telah dibenahi, Bambang memastikan tidak akan roboh karena telah memiliki pondasi sedalam 15 meter.