Jumat 01 Feb 2019 10:55 WIB

BI Ingin Lebih Banyak Investor Portofolio dari Jepang

Investor asal negeri sakura memiliki investasi langsung sangat besar di Indonesia

Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Bank Indonesia (BI) mengupayakan peningkatan investor portofolio dari Jepang. Menurut BI, persentase investasi portofolio dari Jepang masih sedikit di tengah besarnya investasi langsung negara itu di Indonesia.

"Investasi portofolio dari Jepang inilah yang ingin kita tingkatkan, selama ini masih kecil, " kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Tokyo, Jepang, Kamis (31/1) malam, usai berbicara di hadapan sejumlah fund manager di Tokyo.

Baca Juga

Mirza menjelaskan BI terus meyakinkan investor Jepang untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Bukan hanya dalam bentuk investasi langsung, tapi juga investasi portofolio.

Menurut dia, investor asal negeri sakura itu memang memiliki investasi langsung sangat besar di Indonesia. "Namun, untuk investasi portofolio, investor Jepang belum terlalu besar," kata Mirza.

Dari sekitar 40 persen total investasi dalam surat berharga negara (SBN), lanjut dia, kontribusi investor Jepang masih belum besar.

Ditanya mengapa demikian, Mirza mengatakan investor Jepang memang konservatif dalam memutuskan investasi. "Atau barang kali ada aturan di Jepang yang membuat investornya konservatif dalam investasi portofolio," katanya.

Mirza menjelaskan melalui pertemuan dan forum dengan "fund manager" ini, BI  berupaya meyakinkan investor Jepang agar meningkatkan investasi portofolionya di Indonesia. Melalui forum yang sama, BI juga ingin tetap menjaga agar investasi langsung Jepang bisa terus ditingkatkan.

Secara terpisah Kepala Kantor Perwakilan BI Tokyo, Puji Atmoko mengatakan bagi investor Jepang, Indonesia masih termasuk papan atas negara tujuan investasi.

Japan Bank for International Cooperation (JBIC) pada 2017 melakukan survei terhadap perusahaan manufaktur Jepang yang beroperasi di luar Jepang. Hasilnya menunjukkan Indonesia berada di posisi empat teratas negara tujuan investasi, setelah Cina, India, dan Vietnam.

"Hasil survei tersebut memperlihatkan Indonesia masih dilihat sebagai negara penting terkait tujuan utama investasi," katanya.

Puji menjelaskan setidaknya ada empat indikator ekonomi positif, yang dinilai investor Jepang sebagai keunggulan Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

Keempat indikator tersebut adalah populasi (pasar) yang besar, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di kisaran lima persen, infrastruktur dan "industrial link" yang semakin baik, serta iklim investasi yang kondusif.

Sedangkan berdasarkan sektornya, Puji mengatakan sektor manufaktur masih menjadi pilihan utama investasi Jepang. Alasan lain yang mendorong investasi Jepang ke luar negeri, kata dia, tak lain kondisi perekonomian Jepang yang cenderung stagnan.

"Meski secara 'size' sangat besar, namun pertumbuhan ekonominya melandai," ujar Puji.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement