REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Rumah sakit di wilayah Kabupaten Bogor mengantisipasi membeludaknya pasien demam berdarah dengue (DBD) dengan cara menambah pelbet pasien. Sejumlah wilayah kecamatan di Kabupaten Bogor diketahui rentan terjangkit DBD.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong menyiapkan tambahan pelbet untuk mengantisipasi lonjakan pasien DBD. “Kami siapkan sekitar 50 pelbet, yang sudah terpakai ada beberapa,” kata Wadir Administrasi RSUD Cibinong Kustomi saat dihubungi Republika, Sabtu (2/2).
Menurut dia, penambahan pelbet tak terkait dengan lonjakan jumlah pasien DBD di RSUD Cibinong dalam beberapa hari terakhir. Meski beberapa pelbet yang disediakan telah terpakai untuk pasien DBD, ia melihat tidak terjadi lonjakan pasien DBD yang signifikan di RSUD Cibinong.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Cibinong Endang Setiabudi menyebutkan, sebanyak 50 pelbet itu merupakan bantuan yang sifatnya pinjaman dari TNI. Sama seperti yang disampaikan Kustomi, adanya pelbet itu untuk mengantisipasi membeludaknya pasien DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Agus Fauzi mengatakan, separuh dari total kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor rentan terjangkit DBD. Dari total 40 kecamatan yang ada, kata dia, terdapat 23 kecamatan yang terjangkit virus dengue. “Biasanya itu ada di Cibinong, Cileungsi, Gunung Putri, dan Bojong Gede. Di daerah lainnya juga banyak, ada di 23 kecamatan kurang lebih,” kata Agus.
Dia menjelaskan, kasus DBD kerap terjadi di wilayah perkotaan dengan tingkat permukiman yang cukup padat. Dia juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap mewaspadai virus dengue dengan cara menggalakkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Ketua Program Studi (Kaprodi) Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, IPB, Bogor, Upik Kesumawati Hadi mengatakan, banyak faktor penyebab maraknya penyakit DBD. Di antaranya adalah cuaca dan habitat jentik nyamuk di lingkungan air.
Ia menambahkan, habitat jentik menjadi lebih banyak hingga memungkinkan telur-telur nyamuk Aedes aegypti yang sifatnya tahan kering kemudian terkena air dan langsung menetas menjadi jentik, lalu menjadi pupa dan nyamuk dewasa. ‘’Habitat jentik DBD sangat banyak jenisnya, terutama ada di dalam rumah atau bangunan dan di sekitarnya," ujarnya, Sabtu ( 2/2).
Apalagi, gaya hidup modern yang banyak memanfaatkan barang non-biodegradable (sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi) seperti wadah plastik yang berpotensi menampung air ketika hujan juga banyak berperan menjadi habitat jentik.
Ia menambahkan, meningkatnya pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi juga menimbulkan tempat tinggal dengan sarana seadanya. "Yang semuanya menunjang kehidupan nyamuk Aedes aegypti dan mempermudah transmisi DBD di antara penduduk," ujarnya.
Cara pencegahan DBD melalui fogging, kata Upik, dilakukan ketika terbukti adanya kasus DBD. Tujuan dilakukannya fogging untuk mengejar nyamuk Aedes aegypti positif menjadi vektor DBD agar tidak mengigit orang lain lagi yang belum tertular.
"Fogging yang efektif dilakukan dengan radius 100 meter dari rumah penderita. Dan dilakukan dua kali dengan jarak satu minggu untuk mengendalikan nyamuk yang tadinya masih berupa jentik," kata Upik
Agar tidak terkena DBD, Upik menyarankan masyarakat melakukan pola hidup bersih dan sehat di rumah, lingkungan sekitar, dan sebagainya. Lakukan juga pemeriksaan jentik sepekan sekali. Bila positif, lakukan 3M plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sejak 1 Januari 2019 sampai jumat (1/2), penderita penyakit demam berdarah dengue yang meninggal dunia sedikitnya 149 jiwa di seluruh Indonesia.
(haura hafizhah ed: firkah fansuri)