REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah DIY berencana meningkatkan waktu lama tinggal wisatawan mancanegara. Utamanya, selama mereka tengah melakukan kunjungan ke destinasi-destinasi wisata yang ada di DIY dan sekitarnya.
"Dengan menambah berbagai gelar budaya dan seni bertaraf internasional," kata Kepala Seksi Pengelolaan Informasi Pariwisata Dinas Pariwisata DIY, RR Sanida, di Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM).
Namun, ia merasa, untuk meningkatkan lama waktu tinggal wisatawan mancanegara, pemerintah menelurkan berbagai kebijakan strategis. Di antaranya, pengembangan destinasi lokasi tujuan wisata.
Lalu, lanjut Sanida, harus ada pengembangan promosi negara pasar sasaran dan mengelola manajemen gelar kebudayaan dan kesenian yang bertaraf internasional. Tujuh lokasi menjadi destinasi prioritas.
Kraton-Malioboro, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, lereng Merapi, karst Gunung Sewu, Pantai Parangtritis, Depok dan Kwaru, Pegunungan Menoreh, dan Desa Wisata Kasongan, Tembi, dan Wukirsari.
Ia turut menyebutkan daftar urutan 10 besar negara-negara yang selama ini paling banyak berkunjung ke DIY. Mulai Belanda, Jepang, Malaysia, Perancis, AS, Singapura, Australia, Jerman, Cina, dan Korea Selatan.
Kendali begitu, Sanida mengungkapkan, Dinas Pariwisata DIY sudah berencana memberikan fokus promosi wisata ke lima negara sebagai pasar sasaran. Ada Belanda, Jepang, Prancis, Jerman, dan negara-negara ASEAN. "Lima negara ini akan kita sasar," ujar Sanida.
Sebelumnya, pemerintah pusat menargetkan 2019 ini sebanyak dua juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY dan Jawa Tengah. Dari dua provinsi itu, DIY diharapkan mampu menarik jumlah wisatawan asing sebanyak 30 persen.
Kemudian, Candi Borobudur sebanyak 30 persen, dan sisanya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Semarang dan Solo. Untuk jumlah wisatawan lokal yang berkunjung ke DIY sudah mengalami peningkatan.
Ia menyebutkan, pada 2017 lalu jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY sebanyak 25,9 juta orang. Jumlah itu melampaui target yang sebelumnya ditetapkan yaitu 22 juta orang.
Namun, kondisi berbeda memang terjadi khusus untuk Gunung Merapi, wisata yang saat ini dapat dinikmati memang cukup terbatas. Terlebih, status Merapi masih waspada atau level dua.
Bupati Sleman, Sri Purnomo mengingatkan, Kawasan Rawan Bencana III atau tiga kilometer dari puncak masih harus steril dari aktiitas penduduk. Itu termasuk aktivitas pendakian yang biasanya dilakukan.
Imbauan itu sudah sesuai yang dikeluarkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Pasalnya, sejak penetapan status menjadi waspada pada Mei 2018, aktivitas Gunung Merapi masih belum stabil.
Terlebih, pada 27 Januari 2019, Gunung Merapi mengeluarkan material baru dan bukan lagi lava pijar seperti yang selama ini terjadi. Gunung Merapi mulai mengeluarkan guguran awan panas.
"Masyarakat, khususnya yang berada di KRB III, diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa, serta selalu mengikuti informasi aktivitas Merapi," kata Sri di Kantor Bupati Sleman.
Meski begitu, kegiatan wisata yang berada di lereng Merapi atau di luar KRB III masih sangat bisa dinikmati. Selain itu, destinasi wisata di DIY cukup lengkap seperti tujuh destinasi wisata Dinas Pariwisata.
Ada Keraton-Malioboro, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Karst Gunung Sewu, Pantai Parangtritis, Depok dan Kwaru, Pegunungan Menoreh, dan Desa Wisata Kasongan, Tembi, dan Wukirsari.
Selain itu, desa-desa wisata sekitaran DIY telah tumbuh cukup baik. Sehingga, selain wisata alam, seni, budaya, pendidikan, terdapat banyak destinasi wisata keluarga yang mulai banyak diminati.