Selasa 05 Feb 2019 23:39 WIB

Kurangi Impor Beras Perlu Gerakan Pangan Lokal

Di Indonesia, jumlah kalori dan bahan makanan masih didominasi beras.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andi Nur Aminah
Pengunjung berbelanja panganan tradisional (ilustrasi)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pengunjung berbelanja panganan tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pakar Biologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Djukri mengatakan, Indonesia sebenarnya bisa mengurangi kebijakan impor beras. Tapi, ia merasa, pengurangan impor beras memerlukan gerakan pangan lokal.

Djukri mengatakan, meningkatnya jumlah penduduk akan berefek meningkatnya permintaan bahan pangan. Di Indonesia, jumlah kalori dan bahan makanan masih didominasi beras.

Baca Juga

Mengacu rekomendasi Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), ada banyak bahan pangan nonberas yang layak. Seperti jagung, talas, sukun, sorgum, singkong atau sagu yang dapat menurunkan konsumsi beras.

Ia menilai, kebijakan pangan di Indonesia tidak akan kurang karena banyak keragaman. Untuk mendukung program ketahanan pangan, diversifikasi pangan menjadi kuncinya. "Agar tidak tergantung impor beras dan gandum," kata Djukri melalui pidato pelepasan guru besar purna tugas di UNY pekan lalu.

Djukri melihat, ragam pangan lokal terus tergerus gandum dan beras impor. Karenanya, perlu gerakan bersama kembali ke ragam pangan lokal yang dijamin UU Nomor 18 Tahun 2012. "Papua dan Maluku yang pernah terjadi krisis pangan karena rendahnya konsumsi beras adalah solusi kepada kearifan lokal," ujar Djukri.

Menurut Djukri, aneka ragam sumber bahan pangan lokal memiliki karbohidrat tinggi yang setara dengan beras dan terigu. Sayangnya, terjadi pemudaran pamor bahan pangan lokal di kalangan muda.

Hal itu disebabkan mereka menganggap komoditas itu sebagai makanan inferior. Maka itu, ia menekankan, program penganekaragaman padi, jagung dan kedelai harus saling mendukung.

Djukri menjelaskan, tanaman pangan memiliki kemampuan melepaskan diri dari lingkungan seperti faktor air, cahaya, nutrisi, suhu dan sebagainya. Kemampuan adaptasi juga ada dalam tanaman tertentu di lingkungan ekstrim.

Lingkungan ini akan mengubah struktur tanaman agar bertahan hidup. Tanaman juga memiliki kemampuan memulihkan diri dari ancaman lingkungan. Penemuan varietas unggul merupakan resultante proses fisiologi tingkat tertentu. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement