REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Organisasi massa Islam mengingatkan masyarakat untuk melaksanakan Pemilu 2019 dengan menunjung tinggi rasa kebersamaan. Perbedaan pilihan jangan sampai memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menilai, ada banyak pihak yang telah berusaha menjaga spiritualitas politik. Sayangnya, dalam pergulatan politik praktis, mulai terjadi erosi atas nilai-nilai tersebut.
Dia mencontohkan, saat ini ada begitu banyak berita bohong yang beredar. Namun, tak sedikit masyarakat yang mencoba mencari kebenaran atas berita bohong tersebut. Belum lagi, kata dia, masa kampanye Pemilu 2019 pun diwarnai dengan ujaran kebencian, saling ancam, hingga saling menghujat.
Haedar menegaskan, bangsa Indonesia terlahir berkat nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas. Umat Islam yang menjadi mayoritas, kata dia, memiliki tanggung jawab sebagai perekat elemen-elemen bangsa.
"Maka, nilai-nilai kebersamaan harus menjadi perekat solidaritas dalam keragaman agama, suku, ras, dan golongan, termasuk perbedaan politik," kata Haedar kepada Republika, Senin (15/4).
Menurut dia, masyarakat perlu menjaga nilai spiritualitas berbangsa dengan mengacu pada ajaran agama, nilai Pancasila, dan nilai-nilai luhur bangsa. "Itu tidak boleh terlepas dari orientasi sikap dan tindakan kita dalam berpolitik," ujar dia lagi.
Sebagai bangsa yang besar, Haedar menambahkan, persatuan dan kesatuan merupakan harta yang paling berharga bagi Indonesia. Oleh karena itu, kegiatan pemilu yang hanya berlangsung setiap lima tahun, jangan sampai merusak keutuhan bangsa.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengimbau semua warga negara Indonesia menjauhi segala bentuk pernyataan dan sikap yang bernuansa hasutan, perselisihan, kegaduhan, dan tindakan yang merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap tersebut perlu dicegah demi menciptakan ketertiban dan kedamaian pada sebelum dan sesudah pelaksanaan pemilu.
Apabila terdapat masalah atau persengketaan pemilu, kata Mu'ti, pihak yang merasa dirugikan dapat menyelesaikan persoalan secara konstitusional sesuai perundang-undangan yang berlaku. Ia juga meningatkan semua pihak juga menghindari usaha-usaha memobilisasi massa dan melakukan provokasi.
"Hendaknya hindari aksi-aksi politik yang dapat menimbulkan ketegangan, konflik horizontal maupun vertikal, dan anarkis yang merugikan kehidupan bersama," kata Mu'ti saat membacakan pernyataan PP Muhammadiyah tentang Pemilu 2019 di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Senin (15/4).
Ia menegaskan, Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para patriot dan pendiri bangsa harus dijaga secara bersama dari segala kondisi dan tindakan yang merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Muhammadiyah juga mengimbau semua pihak menjauhi politik uang dan segala transaksi yang dilarang oleh agama, moralitas, dan hukum yang berlaku.
PP Muhammadiyah berharap semua pihak dapat menerima hasil-hasil pemilu dengan sabar, berjiwa besar, tenggang rasa, saling menghormati. "Yang tak kalah penting adalah bertawakal kepada Allah SWT," ujar dia.
Para pemimpin yang terpilih juga diharapkan bersikap rendah hati, menjauhi euforia, dan keangkuhan. Para pemimpin terpilih harus menjadikan kepercayaan rakyat sebagai amanat dan tanggung jawab yang tinggi untuk memajukan Indonesia.
"Selaku kaum beriman, semua amanat maupun hasil ikhtiar dalam politik maupun kehidupan, harus disikapi dengan ketakwaan, kesyukuran, kesabaran, dan tawakal kepada Allah Yang Mahakuasa," ujar dia.
PP Muhammadiyah turut mengimbau warga Persyarikatan Muhammadiyah menggunakan hak pilihnya serta berpartisipasi aktif dalam proses dan pelaksanaan Pemilu 17 April 2019. Warga Persyarikatan Muhammadiyah mesti menjadikan diri dan organisasi sebagai teladan terbaik atau uswah hasanah dalam berdemokrasi.